Minggu, 29 Januari 2012

Cangkul Yang Dalam, Menanam Jagung dan Pisang di Jalan Kita

Jika nun jauh di Bekasi sana, para buruh memblokir ruas jalan tol yang memacetkan pengguna jalan hampir 3 jam, maka di pinggiran kota Tasikmalaya masyarakat menanam jagung, pisang dan mancing di Jalan.  Peristiwa ini terjadi di daerah Tawangbanteng Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya. Jalan tersebut merupakan akses menuju tempat wisata Gunung Galunggung yang sebenarnya cukup eksotis.  Hanya sayang selain itu pula menjadi jalur pengangkutan tambang pasir gunung yang diambil dari sekitar wilayah kaki gunung Galunggung tersebut.
Ada senyum menggelitik membaca dua fenomena diatas. hanya saja keduanya menjadi dua model protes yang cukup kena. Kalau di Bekasi tujuannya bukan ke jalannya, namun menggunakan eksiostensi jalan yang sangat vital untuk menekan pihak berkepentingan, dalam hal ini kalangan pengusaha menyangkut keputusan penetapan UMK di Bekasi. Sementara aksi warga yang menanam pepohonan dan mancing di jalan, merupakan cara yang menunjukan protesnya terhadap pemerintah daerah Kabupaten Tasikmalaya yang tak kunjung memperbaiki jalan tersebut. Dan tentu secara efektifitas sangatlah menampar muka pemerintah daerah, terlebih di ekspose dalam headline beberapa media lokal dan regional yang ada.
Memang sangatlah disayangkan apabila Pemerintah dianggap tidak memiliki grand design tentang penanganan inprastuktur jalan terlebih terus bermain dengan janji-janji yang tak kunjung ditepati. Padahal secara hitungan ekonomis, jalan menuju kawasan wisata gunung galunggung memiliki potensi besar untuk menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah. ditengah berbagai keterbatasan sumber daya alam yang memungkinkan dijadikan sumber asli pendapatan daerah.
Patut menjadi perhatian bersama, bahwa jika di suatu daerah terdapat potensi ekonomi, salah satunya Gunung Galunggung, maka disana berkembang praktek pertambangan atau galian pasir yang dikelola baik oleh pengusaha swasta maupun masyarakat sekitar. Namun sayang pada sisi lain,  faktor penunjang jalan tak diperhatikan. Alih alih potensi ekowisata Gunung Galunggung itu bisa dikembangkan, faktor kerusakan jalan dan kerusakan lingkungan malah yang lebih kelihatan.
Jalan yang rusak parah, menjadi kubangan air yang dalam, maka masyarakatpun mengisinya dengan ikan bahkan ancing rame-rame di jalan, lalu ada juga dengan menanam jagung dan pohon pisang,  sungguh menggelikan dan yang pasti memprihatinkan.  Apa yang terjadi di Desa Tawang Banteng Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya,  sepanjang jalan menuju Gunung Galunggung, harusnya menjadi perhatian kita semua, terutam,a pemerintah daerah, bahwa terkadang kita harus memposisikan telinga yang jumlahnya dua,  jangan hanya mulut berlubang satu. Mendengar lebih penting daripada sekedar berbicara, apalagi dengan janji-janji yang lambat apalagi tak pernah di tepati.
Teringat sebuah lagu anak-anak. Cangkul-cangkul..cangkul yang dalam, menanam jagung di kebun kita. rusak..rusak..rusaknya jalan. Tanamlah jagung di Jalan Kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar