Minggu, 29 Januari 2012

Jika Saya Jadi Anas Urbaningrum

Kegaduhan kasus bung Nazarudin semenjak tertangkap tangannya para pelaku  suap pembangunan wisma atlet di Kemenpora,  Nazarudin buron, tertangkap di Kolumbia, dan kini menjalani persidangan cukup membuat teror berita yang sejujurnya menyiksa bathin rakyat. Sebagai partai penguasa, demokrat pasti merasakan gerakan hitung mundur menuju keruntuhan dinasti esbeye selama hampir 10 tahun berkuasa di republik ini. Dengan terus menerusnya media memberitakan perjalanan kasus ini termasuk fakta-fakta dari kesaksian di persidangan.
Jika saja untuk mencari makan sehari-hari saja rakyat harus berjuang dengan segenap keringat, darah dan air mata bahkan terkadang nyawa, sementara elit politik partai untuk mendudukan seseorang jadi seorang ketua umum partai saja sampai menghabiskan uang puluhan milyar (jika fakta persidangan akan keterangan yulianis benar adanya).
Maka, pasca persidangan terakhir hari ini, dimana keterangan Yulianis secara terang benderang menyampaikan gelontoran uang yang dibawa ke kongres Partai Demokrat di Bandung, lengkap dengan mobil-mobil pembawanya, posisi Anas dan Demokrat berada dalam ujung tanduk.
Jika benar adanya, maka Jika saya jadi Anas Urbanungrum saya akan mundur dari Demokrat dan sekaligus meminta maaf pada seluruh rakyat Indonesia. Dan bersedia menanggung akibat seburuk apapun, termasuk jika harus duduk menjadi pesakitan dan masuk penjara.
Untuk urusan Demokrat, jika terbukti ada aliran dana kesana, maka harus diambil langkah penegakan hukum yang tegas berkaitan dengan eksistensi partai itu dalam kehidupan politik Indonesia. Apakah dibekukan, atau dibubarkan sekaligus.
Jika hukum atau ketentuan yang berlaku tak memungkinkan ke arah sana, satu-satunya cara paling ampuh tentu hukuman dari rakyat langsung. Dengan pesonanya SBY Demokrat mampu meroket dalam peta politik nasional, dengan cela kasus Nazarudin dan Anas ini maka Demokrat pantas rontok dan terjerembab dari ketinggian. Dan itu amatlah menyakitkan rasanya. Rakyat berkuasa memberi reward terhadap sebuah partai dengan cara memilihnya untuk dapat berkuasa, Tapi rakyat juga berkuasa untuk memberi punishmen dengan stop untuk tidak memilihnya kembali. Itulah politik natural, alamiah dan rasional.
Jadi, Jika saya jadi Anas, Saya tak akan lagi punya muka untuk nampang di televisi dan bertemu dengan rakyat, atas nama konsolidasi Partai Demokrat. Lebih baik saya menyepi, mempersiapkan pengacara terbaik, menyusun bahan jawaban jika diperiksa KPK, dan tak lupa ngawirid sebisa-bisanya…..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar