Minggu, 29 Januari 2012

Percayakah pada Rizki yang Tak Disangka-sangka..???

Saya termasuk orang yang sering (berarti lebih dari tiga kali..hehe) merasakan situasi tak punya uang sepeser pun (teeu boga duit sagoeng menyon kalo istilah ibu saya). Semenjak SMA, sambil mondok di salah satu pesantren pinggiran kota Tasikmalaya, jika habis bekal tak punya uang sepeser pun, saya pulang jalan kaki menyusuri rel kereta api, lalu melewati sawah. Sesampai dirumah, bukan berarti uang sudah tersedia dan tinggal bawa. Saya suka tertegun dengan apa yang terjadi dengan bapak saya, katanya sabar, bapak belum punya uang. Pada saat deadline mau berangkat, selalu saja ada rezeki yang tak disangka-sangka, tau-tau ada orang yang nyuruh bapak saya untuk mengukur tanah, bayarannya cukup untuk bekal seminggu, sekali waktu lain lagi ceritanya, dengan berbagai cara. Yang pasti apa yang dibutuhkan datang dengan cara tak terduga, tak disangka-sangka.
Saat kuliah di Jakarta, saya termasuk pelanggan kopaja 86 jurusan Lebak Bulus -Kota yang penumpangnya berdesak-desakan tiada tara, kayak ikan asin berdempet sambil gelantungan. Akhirnya pernah pula sang copet beraksi mengambil dompet, yang baru saya sadari sat tiba di Terminal Lebak Bulus. Dalam kebingungan yang sangat, uang tak punya karena hilang dengan dompet-dompetnya, seorang lelaki datang menghampiri. ” Mau kemana dik?’ sapanya. ” Saya mau ke Ciputat pak, tapi saya bingung dompet saya hilang kena copet..”. ” Ya udah bareng saya saja naiknya, saya juga mau ke Uhamka, nanti saya bayar sekalian angkotnya.” katanya. Betapa gembiranya saya kala itu, karena paling tidak saya bisa sampai kampus, kalo dah di kampus pulang bisa pinjem ke temen, pikirku. Akhirnya saya sampai di Kampus, dan dapat kembali ke Tomang dengan selamat.
Peristiwa paling mengesankan, saat istriku melahirkan anak kedua dengan cara operasi caesar di sebuah Rumah Sakit. Tagihan Rumah sakit mendekati angka 10 juta. sementara saya baru megang 2 Juta. Asli bingung sebingung bingungnnya. Tambahan dari adik kakak dan saudara dapet 3 juta, masih  kurang sekitar 5 juta lagi…saya hanya bisa menengadahkan tangan pada DIA. Sama sekali tak terbayang darimana lagi.
Tapi saat hari dimana dokter sudah mengijinkan pulang, mendadak di depan pintu lift, saya bertemu dengan kenalan saya seorang pengusaha, ayah sahabat saya sewaktu SMA, yang asli saya tak pernah bertemu lagi hampir sepuluh tahun lamanya. Setelah mampir ke ruangan istri saya dirawat, bincang-bincang kesana kemari, akhirnya kami pun berpisah. Saat saya masuk lagi ke ruangan perawatan istri, sambil senyum dia bicara, pah bapak yang tadi ngasih ini, sambil memberikan amplop putih yang cukup tebal. “koq aku nggak tau mah?’ tanyaku. ” Tadi pas papa ke luar dia menyimpan ini di sini”, kata istriku sambil menunjukan bantal. Alhamdulillaah kataku..saat dihitung 5 juta pas. Tak henti aku berucap syukur pada Tuhan. Sungguh tak pernah menyangka.
Dalam bahasa agama, rezeki yang datang tak terduga itu istilahnya “min haitsu laa yahtasib“. Firman Tuhan yang menyebut kalimat ini kalau tidak salah bunyinya begini ” Waman yattaqillaah Yaj’al lahuu makhraja wa yarzukuhu min haitsu laa yahtasib” siapa yang bertaqwa pada Allah niscaya dia akan diberiNya jalan, dan akan diberi Rezeki dari jalan yang tak disangka-sangka. Wallahu A’lam.
Sungguh, saya masih sangat jauuuhh dari predikat orang takwa. Tapi kini amatlah terasa. Hitam pekat hati, gelap gulita jiwa. Kemalasan menghamba padaNya, atas nama kesibukan dan lain sebagainya. mantra itu seakan menjauh. Padahal dalam saat-saat tertentu, Aku masih sangat merindukannya.
Tuhan. Jadikan kami warga Kompasiana kaya raya, Tapi kekayaan yang membuat Kami berkenan berbagi. Kekayaan yang memberi manfaat. Kekayaan yang menyelamatkan hidup kami kelak, dalam keabadian akherat, bukan dalam kesementaraan hidup di dunia.
KepadaMU kami Bersimpuh, KepadaMU kami meminta. Na’budu, Wa Nasta’iinu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar