“ Barang siapa menghidupkan malam qadar itu dengan mempebanyak
segala rupa ketaatan dan peribadatan dilandasi keimanan, yakni
membenarkan jaji Allah akan pahala atas hal itu, serta beramal dengan
mengharapkan pahala dan ampunan, bukan karena riya atau lainnya, maka
akan diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”(Al-Hadist)
Suatu
saat Rasulullah SAW pernah ditunjukan seputar umur ummat-ummat
terdahulu, Rasulullah sempat tertegun sedih melihat bahwa umur mereka
ummat terdahulu tersebut panjang-panjang, bahkan sebuah riwayat
mengatakan bahwa pada zaman Bani Israil terdapat orang shaleh yg umurnya
lebih dari seribu tahun, umurnya tersebut dia pakai untuk jihad dijalan
Allah dan beribadah. sementara ummat Muhammad umurnya rata-rata usia
60-70 Tahun, lalu bagaimana ummat Muhammad SAW bisa mengimbangi amalan
ummat-ummat terdahulu kalau begitu, padahal ummat Islam dikatakan
sebagai Khairu ummah yaitu ummat terbaik diantara ummat-ummat lainnya
sebelum ummat Muhammad.
Untuk menjawab kesedihan Rasulullah
itulah, Allah SWT menurunkan QS.Al-Qodr:1-3 yang menyatakan bahwa ada
suatu malam dimana kemuliaannya memiliki nilai sama dengan seribu bulan,
malam itulah yang disebut dengan malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Pada
mala itulah diturunkannya Al-qur'an, malam itu malam diantara
malam-malam di Bulan Ramadhan dengan keutamaan lebih baik dari 1000
bulan atau setara dengan 83 Tahun 4 Bulan atau sebanyak 29.500 hari.
Jadi Kalau saja kita sebagai ummat Islam pernah menemukan dan
mendapatkan Malam Lailatul Qodar itu 15 kali saja atau 15 Tahun dalam
setiap Ramadhan yang kita pernah lalui, maka kita bisa menyamai umur dan
amalan ummat terdahulu tersebut, karena kalau kita menghitung 15x83
tahun 4 bulan saja sudah 1250 tahun.Luarr Biasa...!
Kapankah
sebenarnya malam kemuliaan itu terjadi? Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa
malam tersebut turun pada saat Al-Qur’an diturunkan “ Innaa Anzalnaahu fiie Lailatil qadr. Wamaa adraaka maa lailatul qadr. Lailatul qadri khairun min alfi syahr…”.
Sesungguhnya kami telah menurunkannya(Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan
Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu adalah
malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dalam penjelasan surat lain
yaitu dalam Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185 Allah berfirman “Syahru Ramadhaan alladzii unzila fiihil qur’aan. Hudan Linnaas wa bayyinaati minal huda wal furqaan……….”
Bulan Ramadhan adalah Bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an, yang
menjadi petunjuk dan dan pembeda antara yang benar dan yang bathil.
Untuk
meraih malam Malam Lailatul Qodar tersebut kita dapat melakukan
serangkaia ibadah sepanjang malam dalam satu bulan Ramadhan tersebut,
karena salah satu dalam malam Ramadhan tersebut terdapat satu malam yang
sangat istimewa. Akan tetapi seandainya kita tidak kuat menjalani
ibadah sepanjang malam selama bulan Ramdhan tersebut, Rasulullah SAW
menyatakan pula bahwa malam laitaltul qadar itu bisa diketemukan pada
Sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadhan, bahkan Rasul mempersempit lagi,
pada Tanggal-tanggal Ganjilnya yaitu 21, 23, 25, 27, 29. Bahkan dalam
salah satu riwayat disebutkan menurut Imam Syafi'i dan jumhur ulama
lainnya dipersempit lagi, yaitu pada Malam 23 dan 27. Jika mengacu pada
informasi tersebut, kita sejatinya sudah mendapatkan arahan dan petunjuk
bagaimana kita bisa mendapatkan kualitas amal yang setara dengan lebih
dari seribu bulan tersebut. Kita tinggal tekadkan dan yakinkan dalam
hati, bahwa pada malam tanggal-tanggal itu, konsentrasikan hati dan
pikiran kita kepada Allah, memperbanyak ibadah, Kita terjaga semalaman
dalam Dzikir kepada Allah.
Akan tetapi, kita menangkap kenyataan
dikehidupan kita sehari-hari, bahwa Ibarat dalam Perlombaan Lari,
menjelang finish biasanya dan seharusnya peserta akan semakin
mempercepat larinya untuk keluar sebagai pemenang. Dan pemenang biasanya
terbatas, karena memang dia terbaik dalam usahanya. Pemenanglah yang
berhak mendapatkan medali. meraih hadiah. Para sahabat..sepuluh hari
terakhir Ramadhan itu sama dengan saat kita menjelang finish, harusnya
kita tambah menambah sprint dan kecepatan lari kita, karena diantara
malamnya ada malam yg lebih baik dari Seribu Bulan tersebut,...
Tapi
Fenomena di negara dan masyarakat kita, menjelang finish Ramadhan,
justru malah mengendor, karena konsentrasi sudah pada urusan lebaran,
urusan baju baru, makanan, mudik atau lainnya. Pusat-pusat perbelanjaan
penuh berjubel oleh mereka yang berbelanja kehidupan lebaran, jalanan
macet dengan kendaraan baik motor maupun mobil yang berburu makanan
untuk berbuka, tempat-tempat keramaian umum menjadi tongkrongan favorit
dibandingkan di mesjid maupun mushola, sehingga berdampak pula pada
semangat menjalankan ibadah qiamul lail.
Maka tak heran, apabila
pada sepuluh hari pertama, mesjid dan mushola pada penuh dan ramai, maka
di sepuluh terakhir mulai menyusut drastis, jika diawal sampai tiga
shap berjamaah tarawih plus anak-anak dan para remaja, maka sepertiga
akhir Ramadhan paling tersisa satu shap paling depan saja, itu pun
paling para orang tua yang sudah mulai lanjut usia. Semua sudah mulai
kendor semangatnya, konsentrasinya sudah pudar, melebar kemana-mana.
Padahal justru di sepuluh hari terakhir lah harusnya ibadah ramadhan
kita digeber, naik gigi menuju gigi sprint. Karena Bulan agung itu
menghitung mundur akan meninggalkan kita, dan untuk mendapatkan dan
bertemu kembali dengan Ramadhan itu, kita harus menunggu sebelas bulan
yang akan dating, mending kalau Tuhan masih memberi umur pada kita, jika
saja umur kita tidak sampai pada Bulan Ramadhan yang akan datang,
sungguh rugi dan celakanya kita.
Dalam setiap perlombaan lari,
pasti banyak yang rontok di tengah jalan, tak memiliki kekuatan nafas
dan fisik untuk berlari, tak memiliki semangat dan daya juang yang
memadai, Sehingga banyak yg rontok, menyerah dan tak mencapai garis
finish. Sang Pemenang akan mendapat Piagam dan medali sebagai "Muttaqin".
Dia akan mendapatkan hadiah berupa Kembali kepada Kefitrian yg
sebenar-benarnya, dia akan memperoleh Tabungan pahala yang berlipat
ganda dalam Rekening Akhiratnya. Apakah layak kita disebut pemenang?
mungkin bagi kita yang tak mampu finish, kita hanya akan mendapat hadiah
hiburan saja...."lapar dan haus " semata....Astaghfirullaahal Adziim...semoga
kita semua diberikan kekuatan untuk terus berlari dalam speed dan
kecepatan yang konsisten, bahkan kita mempercepat lari kita di sepuluh
hari terakhir Ramadhan ini dengan berbagai ibadah yang kita lakukan,
sehingga kita berkesempatan meraih Lailatul Qadar, dan kita pun keluar
sebagai pemenang di garis finis dif ajar Idul Fitri 1432 H nanti.
Amiien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar