Minggu, 29 Januari 2012

Sprint Menjelang Finish Ramadhan

Barang siapa menghidupkan malam qadar itu dengan mempebanyak segala rupa ketaatan dan peribadatan dilandasi keimanan, yakni membenarkan jaji Allah akan pahala atas hal itu, serta beramal dengan mengharapkan pahala dan ampunan, bukan karena riya atau lainnya, maka akan diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu”(Al-Hadist)

Suatu saat Rasulullah SAW pernah ditunjukan seputar umur ummat-ummat terdahulu, Rasulullah sempat tertegun sedih melihat bahwa umur mereka ummat terdahulu tersebut panjang-panjang, bahkan sebuah riwayat mengatakan bahwa pada zaman Bani Israil terdapat orang shaleh yg umurnya lebih dari seribu tahun, umurnya tersebut dia pakai untuk jihad dijalan Allah dan beribadah. sementara ummat Muhammad umurnya rata-rata usia 60-70 Tahun, lalu bagaimana ummat Muhammad SAW bisa mengimbangi amalan ummat-ummat terdahulu kalau begitu, padahal ummat Islam dikatakan sebagai Khairu ummah yaitu ummat terbaik diantara ummat-ummat lainnya sebelum ummat Muhammad.

Untuk menjawab kesedihan Rasulullah itulah, Allah SWT menurunkan QS.Al-Qodr:1-3 yang menyatakan bahwa ada suatu malam dimana kemuliaannya memiliki nilai sama dengan seribu bulan, malam itulah yang disebut dengan malam kemuliaan (Lailatul Qadar). Pada mala itulah  diturunkannya Al-qur'an, malam itu malam diantara malam-malam di Bulan Ramadhan dengan keutamaan lebih baik dari 1000 bulan atau setara dengan 83 Tahun 4 Bulan atau sebanyak 29.500 hari. Jadi Kalau saja kita sebagai ummat Islam pernah menemukan dan mendapatkan Malam Lailatul Qodar itu 15 kali saja atau 15 Tahun dalam setiap Ramadhan yang kita pernah lalui, maka kita bisa menyamai umur dan amalan ummat terdahulu tersebut, karena kalau kita menghitung 15x83 tahun 4 bulan saja sudah 1250 tahun.Luarr Biasa...!

Kapankah sebenarnya malam kemuliaan itu terjadi? Dalam Al-Qur’an dijelaskan bahwa malam tersebut turun pada saat Al-Qur’an diturunkan “ Innaa Anzalnaahu fiie Lailatil qadr. Wamaa adraaka maa lailatul qadr. Lailatul qadri khairun min alfi syahr…”. Sesungguhnya kami telah menurunkannya(Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan Tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu. Malam kemuliaan itu adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan. Dalam penjelasan surat lain yaitu dalam Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185 Allah berfirman “Syahru Ramadhaan alladzii unzila fiihil qur’aan. Hudan Linnaas wa bayyinaati minal huda wal furqaan……….” Bulan Ramadhan adalah Bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur’an, yang menjadi petunjuk dan dan pembeda antara yang benar dan yang bathil. 

Untuk meraih malam Malam Lailatul Qodar tersebut kita dapat melakukan serangkaia ibadah sepanjang malam dalam satu bulan Ramadhan tersebut, karena salah satu dalam malam Ramadhan tersebut terdapat satu malam yang sangat istimewa. Akan tetapi seandainya kita tidak kuat menjalani ibadah sepanjang malam selama bulan Ramdhan tersebut, Rasulullah SAW menyatakan pula bahwa malam laitaltul qadar itu bisa diketemukan pada Sepuluh hari terakhir di Bulan Ramadhan, bahkan Rasul mempersempit lagi, pada Tanggal-tanggal Ganjilnya yaitu 21, 23, 25, 27, 29. Bahkan dalam salah satu riwayat disebutkan menurut Imam Syafi'i dan jumhur ulama lainnya dipersempit lagi, yaitu pada Malam 23 dan 27. Jika mengacu pada informasi tersebut, kita sejatinya sudah mendapatkan arahan dan petunjuk bagaimana kita bisa mendapatkan kualitas amal yang setara dengan lebih dari seribu bulan tersebut. Kita tinggal tekadkan dan yakinkan dalam hati, bahwa pada malam tanggal-tanggal itu, konsentrasikan hati dan pikiran kita kepada Allah, memperbanyak ibadah, Kita terjaga semalaman dalam Dzikir kepada Allah.

Akan tetapi, kita menangkap kenyataan dikehidupan kita sehari-hari, bahwa Ibarat dalam Perlombaan Lari, menjelang finish biasanya dan seharusnya peserta akan semakin mempercepat larinya untuk keluar sebagai pemenang. Dan pemenang biasanya terbatas, karena memang dia terbaik dalam usahanya. Pemenanglah yang berhak mendapatkan medali. meraih hadiah. Para sahabat..sepuluh hari terakhir Ramadhan itu sama dengan saat kita menjelang finish, harusnya kita tambah menambah sprint dan kecepatan lari kita, karena diantara malamnya ada malam yg lebih baik dari Seribu Bulan tersebut,...

Tapi Fenomena di negara dan masyarakat kita, menjelang finish Ramadhan, justru malah mengendor, karena konsentrasi sudah pada urusan lebaran, urusan baju baru, makanan, mudik atau lainnya. Pusat-pusat perbelanjaan penuh berjubel oleh mereka yang berbelanja kehidupan lebaran, jalanan macet dengan kendaraan baik motor maupun mobil yang berburu makanan untuk berbuka, tempat-tempat keramaian umum menjadi tongkrongan  favorit dibandingkan di mesjid maupun mushola, sehingga berdampak pula pada semangat menjalankan ibadah qiamul lail.

Maka tak heran, apabila pada sepuluh hari pertama, mesjid dan mushola pada penuh dan ramai, maka di sepuluh terakhir mulai menyusut drastis, jika diawal sampai tiga shap berjamaah tarawih plus anak-anak dan para remaja, maka sepertiga akhir Ramadhan paling tersisa satu shap paling depan saja, itu pun paling para orang tua yang sudah mulai lanjut usia. Semua sudah mulai kendor semangatnya, konsentrasinya sudah pudar, melebar kemana-mana. Padahal justru di sepuluh hari terakhir lah harusnya ibadah ramadhan kita digeber, naik gigi menuju gigi sprint. Karena Bulan agung itu menghitung mundur akan meninggalkan kita, dan untuk mendapatkan dan bertemu kembali dengan Ramadhan itu, kita harus menunggu sebelas bulan yang akan dating, mending kalau Tuhan masih memberi umur pada kita, jika saja umur kita tidak sampai pada Bulan Ramadhan yang akan datang, sungguh rugi dan celakanya kita.

Dalam setiap perlombaan lari, pasti banyak yang rontok di tengah jalan, tak memiliki kekuatan nafas dan fisik untuk berlari, tak memiliki semangat dan daya juang yang memadai, Sehingga banyak yg rontok, menyerah dan tak mencapai garis finish. Sang Pemenang akan mendapat Piagam dan medali sebagai "Muttaqin". Dia akan mendapatkan hadiah berupa Kembali kepada Kefitrian yg sebenar-benarnya, dia akan memperoleh Tabungan pahala yang berlipat ganda dalam Rekening Akhiratnya. Apakah layak kita disebut pemenang? mungkin bagi kita yang tak mampu finish, kita hanya akan mendapat hadiah hiburan saja...."lapar dan haus " semata....Astaghfirullaahal Adziim...semoga kita semua diberikan kekuatan untuk terus berlari dalam speed dan kecepatan yang konsisten, bahkan kita mempercepat lari kita di sepuluh hari terakhir Ramadhan ini dengan berbagai ibadah yang kita lakukan, sehingga kita berkesempatan meraih Lailatul Qadar, dan kita pun keluar sebagai pemenang di garis finis dif ajar Idul Fitri 1432 H nanti. Amiien.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar