Ini bukan membahas tentang wakil dalam perspektif politik. Tak
menyangkut Wakil dalam konteks pemerintahan Wakil Presiden, Wakil
Gubernur, Wakil Bupati/walikota, wakil RW ataupun RT. Membahas masalah
wakil dalam konteks semua hal diatas biasanya kalo istilah sahabat saya
yang ketua FTUB Ustadz Latief “ Bikin nyeri beuteung”. Terlebih saat ini
di kabupaten Tasikmalaya sedang mulai hangat pembicaraan mengenai
pi-Bupati-eun dan Pi-Wakil-eun yang akan memimpin Kabupaten Tasikmalaya
periode 2011-2016 melalui perhelatan Pemilukada tanggal 9 januari 2010
nanti
Terus terang saya memaksakan diri untuk menulis lagi karena
tanpa sengaja membaca salah satu sub judul bahasan dalam buku Tafsir
Sosial karya Haryono Abdul Ghafuur M.Ag yang tergeletak dalam tumpukan
berkas-berkas pekerjaan. Saya tergoda judul tulisan Tawakal dengan judul
turunannya Mufradat Wakil dan Tawakal. bahasan tentang mufradat itu
agak menarik juga. Kata Wakil dan tawakkal berasal dari satu akar kata
yang sama yaitu dari kata wa-ka-la, ya-ki-lu. Yang berarti mewakili atau
mewakilkan. Atau lebih lengkapnya dalam definisi secara istilahi adalah
pengandalan pihak lain tentang urusan yang seharusnya ditangani oleh
yang mengandalkan.
Seseorang yang mewakilkan sesuatu kepada orang
lain, maka sebenarnya dia telah menjadikan wakilnya itu sebagai dirinya
sendiri dalam mengelola sesuatu atau persoalan yang diwakilkan tersebut,
sehingga yang diwakilkan tersebut (wakil) dapat melaksanakan apa yang
dikehendaki oleh orang yang menyerahkan perwakilan kepadanya. Dengan
kata lain, wakil memiliki otoritas untuk melaksanakan dan bertindak
selaku orang yang mempercayakan perwakilan kepadanya (hal 29).
Dalam
keseharian kita, sering mendengar banyak istilah ada wakil rakyat,
Wakil Presiden, Wakil Gubernur, Wakil Bupati/walikota, wakil RW ataupun
RT dalam mu’amalah juga ada akad wakalah, yaitu menitipkan sesuatu pada
orang lain yang dipercayai untuk memelihara dan menjaganya. Seorang
wakil rakyat tentu diberi amanah dan kepercayaan untuk mewakili rakyat
yang memberinya perwakilan untuk melaksanakan tugas bagaimana sesuai
dengan keinginan rakyat yang memberinya kepercayaan. Begitu pula dalam
konteks jabatan publik semisal wapres/wagub/wabup/ wawalikota dan
wakil-wakil lainnya. Sangatlah luar biasa mereka yang dengan kelapangan
luar biasa mengatakan “Saya ini walau bagaimanapun tetap wakil”
sebagaimana luar biasanya mereka mampu menjaga harmonisasi hubungan
diantaranya, Oleh sebab itu, dalam konteks hubungan antar manusia konsep
wa-ka-la itu bermakna memelihara dan melindungi yang tentunya dibatasi
oleh ruang dan waktu serta tingkat kepercayaan yang diberikan dari
manusia lain yang memberi perwakilan.
Oleh karenanya dalam proses
wakil mewakili ada iman, kepercayaan dan amanah yang harus dijaga dan
dipelihara antara yang memberi dan menerima tugas mewakili tersebut. Tak
elok pula rasanya jika yang dipercayai sebagai wakil tidak diberi ruang
proporsionalitas sebagaimana beban dan tanggungjawab seperti orang yang
member amanah perwakilan. Karena sekali lagi, jika merunut pada
kosakata Wa-ka-la tadi sangatlah melekat orang yang diberikan
kepercayaan untuk mewakili dengan orang yang memberi kepercayaan.
Terlebih misalnya legitimasi pelimpahannya sebagai wakil itu di perkuat
dengan pilihan langsung dari rakyat sebagai sumber pemberi amanah utama
yang hakiki.
Tawakkal adalah proses penyerahan atau pelimpahan
kepercayaan kepada yang lain dengan disertai usaha atau ikhtiar. Untuk
bertawakkal perlu ada langkah-langkah yang baik, diantaranya, Pertama,
kalau memasuki suatu masyarakat, maka hormatilah kebiasaan atau adat
mereka, Kedua, kalau kita ingin menyelesaikan urusan dengan terhormat,
masukilah secara terbuka, bukan melalui ‘pintu belakang”, Ketiga, Jangan
berbelit-belit. Keempat, Kalau ingin berhasil dalam pekerjaan, maka
siapkanlah segala sesuatu yang diperlukan dengan baik.(Yusuf Ali:75)
Seorang
wakil adalah seseorang yang memiliki spirit tawakkal. Konsep tawakkal
kepada Allah adalah meyakini bahwa seluruh mahluk (pada hakikatnya)
tidak member bahaya, kemanfaatan, dan tidak member maupun mencegah. Tak
heran karenanya orang yang memiliki sifat tawakkal, dia akan masuk surge
tanpa melalui proses perhitungan amal. Nabi Daud berkata kepada
Sulaiman, putranya “ Anakku, ada tiga hal yang bias dijadikan sebagi
petunjuk ketakwaan seseorang, Pertama, memiliki sikap tawakkal yang
benar pada sesuatu yang akan dating atau sedang didapatkannya. Kedua,
memiliki kerelaan yang benar terhadap segala sesuatu yang telah
didapatnya, Ketiga, memiliki sifat sabar yang benar terhadap sesuatu
yang tidak didapatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar