Selasa, 28 Februari 2012

“You Are The Looser!”

Aku mengenalnya saat sama-sama mengikuti pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh KODI DKI Jakarta di daerah Tanah Abang, satu tahun lamanya. Orangnya cantik, putih, keibuan dan cerdas. Bicaranya bernas dengan kemasan bahasa yang sederhana namun berisi. “Panggil saja namaku Ina” begitu dia pertama kali memperkenalkan diri. Dia orang seberang Sumatra bermarga Lubis. Di Jakarta sebenarnya dia sedang mengikuti kuliah di LIPIA di daerah Salemba. Sebuah lembaga yang takhassus dalam bidang kajian Islam dan Bahasa Arab. Sementara aku sendiri sedang menimba ilmu di salah satu perguruan tinggi di daerah Ciputat Jakarta.
Pertemuan demi pertemuan di kelas kampus Tanah Abang ini, dan diskusi-diskusi ringan seputar keluarga, kampus, dan masalah agama cukup membuat  kami lebih dekat. Hingga suatu hari Aku memberanikan diri untuk mengantarkannya pulang ke sebuah perum di daerah Depok. Disana ia tinggal bersama kakaknya yang sudah bekerja di salah satu bank berplat merah. Perjalanan dalam biskota antara Tanah Abang dan Depok telah menyisakan sebuah asa yang ternyata diantara kami sama-sama merasakannya.
Jika abang percaya bahwa hati ini digerakkan oleh Tuhan, Mencintai atau membenci sekalipun, Aku takkan pernah bisa menolak takdir” begitu kalimat yang mengalir dari bibir mungilnya.
Abang hanya sedang bertanya pada Tuhan, dalam setiap menempelnya dahi ini di sajadah lusuhku, dimalam nan sepi, dalam tengadahnya tangan, Apakah kiranya rasaku ini DIA Ridloi?” Jawabku dalam suatu kesempatan berbincang.
Minggu depan, Umi akan datang ke Jakarta,  Jum’at sore kapal akan merapat di Pelabuhan Tanjungpriok, Ada sodara yang mau menikahkan anaknya. Jika Abang ada waktu, datanglah ke Umi, sekedar silaturrahmi. Ina sudah bicara banyak koq di telepon tentang Abang” ungkapnya dengan nada penuh harap. Sesaat aku sempat terdiam, membayangkan apa kira-kira kejadian yang akan terjadi jika aku datang berkunjung menemui Uminya yang jauh-jauh dari seberang sana.
Insya Allah Sabtu pagi abang akan berangkat dari rumah, menemui Umi” Jawabku. Di rumah pikiranku melayang-layang, aku berfikir keras pembicaraan dan sikap apa yang harus aku tunjukan jika Umi bertanya tentang aku dan kedekatanku dengan anaknya Ina.
Pagi-pagi sekali aku sudah berangkat menuju Depok, selama dalam biskota, aku mencoba mengumpulkan kata, untuk kurangkai sebagai bahan pembicaraan dengan Umi nanti, ada rasa deg-degan, cemas dan waswas, karena baru kali itu aku harus bertemu dengan  ibu dari perempuan yang mengaku  mencintaiku, Sebagaimana aku pun mengungkapkan kalimat yang sama.
Akhirnya, Aku mampu mengatasi beban mentalku saat bertemu dengan Umi, beliau ternyata sangat ramah, dan nampak sekali kematangannya sebagai seorang Ibu. Suasana cair dengan penuh keakraban dan kekeluargaan sangat terasa. Aku bisa tertawa lepas dan tanpa beban sama sekali, karena Umi juga mewanti-wanti agar aku jangan segan. Terlihat rona bahagia dan senyum mengembang dari Ina. Dia menyaksikan bahwa aku kelihatannya mampu menaklukan Uminya. Dan tak ada tanya khusus dari umi seputar aku dengan Ina anaknya, Beliau hanya berujar “Nitip anak umi ya ananda…”
Hingga umi kembali lagi ke Medan hari Seninnya, Aku ikut mengantarkan hingga pelabuhan Tanjung Priok. Baru kali itu aku menginjak pelabuhan, masuk ke dalam kapal mengantarkan Umi dan barang-barang bawaannya. Ada keharuan juga saat umi berpelukan dengan Ina, dan beliau menatap padaku sambil berurai air mata, “Jagain Ina yaa Ananda..” kalimat itulah yang lagi-lagi keluar dari Umi, Aku mengangguk dengan penuh Ta’dhim, meyakinkan Umi. Pulangnya dari pelabuhan Aku sengaja ajak Ina main ke tempat tinggal saudaraku, tempat selama ini aku menitipkan hidup di Jakarta.
Bang..Ina ingin bicara, Sebenarnya umi bilang ke Ina, bahwa ada seorang pria datang ke rumah umi, minta Ina untuk jadi istrinya. Dia seorang dosen di salah satu perguruan tinggi disana, Umi sebenarnya datang kesini sekalian ingin bertanya pada Adik, bagaimana responnya. Kedatangan Abang, dan pertemuannya selama dua kali ini telah memberikan jawaban bagi Umi, sehingga umi pulang membawa jawaban tentang bagaimana sikap Ina” ungkapnya. Ada gurat kesedihan diwajah bersihnya. ” Tapi Ina bahagia melihat sikap aa pada Umi” katanya.
Aku hanya menarik nafas panjang. Aku sangat memahami perasaan yang bergejolak dalam hati Ina. Aku mengerti keinginannya, dan aku pun merasakan kebahagiaan yang tiada tara saat bisa sedemikian dekat dengan keluarganya.
Abang akan pulang ke Kampung, akan bicara dengan Ema disana..” kataku. Aku meyakinkan dia bahwa, Aku adalah sosok lelaki yang memang siap menjadi Imam dia. Menjadi pelabuhan terakhir cintanya, yang akan menjalani kebahagiaan hidup bersama, menaklukan Jakarta.
Aku dan Ina menjalani sebuah ikatan yang begitu mencerahkan, saat sama-sama menyelesaikan diklat di KODI Jakarta, kita menjalani hubungan jarak jauh, telpon dan surat terus mengalir. Bahkan hingga suatu saat Ina terpaksa harus pulang, karena Umi sakit.Aku mengantarnya hingga ke geladak kapal, Aku bahkan menunggu di pinggir dermaga, saat kepal mulai berlayar, dan lambaian tangannya pergi meninggalkan aku dalam keheningan sendiri. Ada rasa hampa, rasa kehilangan.
Saat dia di Medan sana, hubungan komunikasi kita masih sangat lancar dan intens, setiap hari aku selalu menanti tukang pos lewat, karena biasanya Ina berkirim surat dengan coretan-coretan pena yang begitu dalam. bahkan catatan perjalanan 2 hari tiga malamnya di kapal, dia  tuliskan dalam surat yang seminggu kemudian aku terima. Sangat menyentuh dan membuat aku tak dapat berkata apa-apa. Betapa dalamnya rasa cinta dia.
Dalam berseliwerannya suara, jutaan kata-kata yang ku tulis dalam kertas, dalam bentangan jarak yang memisahkan, Aku sampai pada suatu malam. Di Wartel langgananku, suara sendu di seberang sana, sudah hampir dua jam aku berbicara dengannya.
Ina mengabariku tentang semakin intens nya pria yang tempo hari itu datang ke rumah. Dia terus bertanya kapan akan menyebrang ke Sumatra, menjemput asa yang sudah menjadi janji bersama. Sementara dalam pikiranku juga verkecamuk ucapan Ema, pada suatu kesempatan aku bicara tentang kedekatanku dengan seorang perempuan Sumatra “Jangan jauh-jauh, nanti susah pulang“. Itulah mantra sakti dari Emakku.
Selama lebih dua jam pembicaraan kami, kalimat terakhir yang ku dengar dari suara telpon itu adalah ” You Are The Looser“. Itulah suara terakhir dari Ina gadis Sumatra, dan dengan kata-kata yang sama, juga esoknya aku baca dalam catatan panjang dari email yang dikirimkannya. Dan aku pun hanya diam, dalam kebisuan sikap.
Aku memang Pengecut..Tapi Aku tak mau menentang Ridlo Ibuku. Karena Ridlo Tuhan dalam Ridlo Orang Tua, Murka Tuhan juga dalam murka kedua orang tua. Apalagi Emakku, adalah “khalik” yang telah menciptakanku menjadi seorang “makhluk” bernama manusia.

Kenaikan BBM, Pemberian BLT, dan Recovery Demokrat

Presiden SBY sudah menyampaikan kabar saat dilangsungkannya Sidang Kabinet Paripurna kemarin perihal rencana kenaikan harga BBM. Besaran kenaikannya sekitar 500-1500 rupiah. Kebijakan ini dilakukan karena harga minyak mentah dunia yang mencapai angka 130 dollar per barrel, akibat dampak krisis di Suriah, Iran dan Timur Tengah pada umumnya serta krisis ekonomi yang melanda Eropa dan Amerika. Dan faktor meroketnya harga minyak dunia ini berakibat sangat memberatkan keuangan negara, karena dengan sendirinya beban subsidi menjadi sangat besar, dan  tentu akan membuat postur APBN menjadi tidak sehat.
Menaikan harga BBM dipastikan bukanlah kebijakan yang populer secara politik, dan itu disadari betul oleh pemerintah termasuk oleh Presiden SBY, karena hal tersebut pasti akan menimbulkan penolakan serta serangkaian aksi protes. Demonstrasi mahasiswa dan elemen masyarakat lainnya akan pecah di berbagai daerah. Namun jika hal itu sudah di putuskan oleh pemerintah, rakyat hanya bisa pasrah. Menerima saja, sambil memikirkan cara untuk bisa menambah pendapatan, demi menyesuaikan diri dengan dampak ikutannya. Pengeluaran untuk resiko rumah tangga pasti bertambah, karena harga-harga sembako tanpa dikomando pasti aka ikut terkerek. Biaya transportasi pasti bertambah, karena ongkos angkutan otomatis naik juga.
Jika tak mampu menambah penghasilan, maka bentuk penyesuaian dirinya paling menurunkan kadar makanan yang kita makan. Apakah dengan mengurangi porsi makan atau merubah menu. Jika biasanya kita makan sehari 3 kali, maka jadi dua kali saja. Jika menu selama ini dengan daging dan telur, maka cukup saja dengan tahu tempe tiap hari, Jika selama ini pagi-pagi disuguhi susu hangat atau teh manis. Ya sekarang cukup segelas teh hangat saja tanpa gula. Jika sebelumnya kalau sakit bisa langsung ke dokter, ya sesudah kenaikan harga BBM cukup beli obat di warung saja.
Kenaikan BBM dan Pemberian BLT
Sebagaimana biasa, bahwa jika pemerintah berencana menaikan harga BBM, maka disiapkan pula skema penanggulangan dampak ikutannya, dan SBY juga sudah menyampaikan bahwa, anggaran yang tadinya digunakan untuk subsidi harga BBM, akan dialokasikan dalam bentuk pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) atau semisalnya. Hal ini untuk mengurangi dampak langsung bagi masyarakat kecil di tingkat bawah. Maka show up kemiskinan pun akan kembali dimulai. Rakyat akan kembali berbondong-bondong mengantri di kantor pos dan kantor Kecamatan. Rakyat akan berpesta dengan angka 300 rb per bulan, akan terjadi lagi saling tegang diantara masyarakat, akibat adanya yang diberi BLT dan yang tak mendapatkan.
Memang ada kriteria yang telah ditetapkan untuk menentukan siapa yang layak menerima BLT, namun kenyataan di lapangan terdapat juga hal-hal yang menimbulkan kerawanan sosial. Termasuk adanya permainan di tingkat RT, seperti banyak yang memasukan sanak keluarga RT yang sebenarnya tidak layak, tapi dimasukan oleh RT tersebut. Sementara warga yang sebenarnya layak menerima, malah tak mendapatkannya.
Selain itu, pemberian BLT juga menimbulkan kelonggaran ikatan “keguyuban dan gotong royong” warga, karena sering terjadi saat RT atau Kepala Dusun mengumumkan gerakan gotong royong membersihkan jalan atau selokan, banyak muncul komentar ” Suruh saja tuh warga yang dapat BLT..!”. Pemberian BLT memang membantu menghilangkan rasa sakit untuk sesaat, ibarat insulin. Rasa “sakit”  yang diderita rakyat akibat naiknya harga BBM, mencoba untuk dibiaskan, Padahal hal itu seakan menanamkan benih-benih kangker ganas dalam budaya sosial ekonomi masyarakat Indonesia. Masyarakat seakan di didik untuk berjiwa tangan dibawah, senang diberi sesuatu yang instan dan pragmatis. Lebih senang di beri ikan, daripada diberi pancing. Tapi mau gimana lagi, tokh pola penanggulangan dampak kenaikan harga BBM itu dalam benak pemerintah salah satunya dengan pemberian BLT.
Pemberian BLT dan Upaya Recovery Demokrat?
Lalu, apakah pemberian BLT ini akan memberi dampak secara politis bagi Partai Demokrat sebagai the ruling party saat ini? Diakui atau tidak, bahwa kemunculan Demokrat, serta pergerakan dramatisnya pada pemilu 2009 sehingga berhasil menjadi pemenang, adalah tak dapat dilepaskan dari politik charity model BLT ini. Kombinasi pencitraan sosok SBY yang begitu gagah dan santun, dan terkesan di dzalimi oleh Megawati. Pada periode pertama Kepemimpinan SBY yaitu tahun 2004-2009, gerakan pemberian “IKAN” ini dilakukan secara massif dan effektif. Jualan pencitraan di media televisi dan surat kabar seputar klaim keberhasilan pembangunan ekonomi, dan sentuhan BLT dan sejenisnya, berhasil “membeli” rakyat di tingkat bawah. Sehingga meskipun secara faktual mesin partai Demokrat tak kelihatan, bahkan mungkin tidak ada, namun ternyata secara dramatis demokrat berhasil memenangkan pemilu baik legislatif maupun pilpres.
Kini setelah kondisi partai demokrat sedang meluncur ke level bawah, karena perilaku beberapa elitnya yang terindikasi tersangku dalam berbagai kasus korupsi dengan kualifikasi megaskandal. Bahkan beberapa petingginya sudah berstatus tersangka, yaitu mantan Bendahara Umumnya M. Nazarudin, dan Waseksen yang mantan puteri Indonesia Anggelina Sondakh dalam kasus suap pembangunan wisma atlet. sementara status tersangka mereka dikaitkan pula dengan dugaan keterlibatan peran Ketum Demokrat Anas Urbaningrum dalam hal penggelontoran dana suap proyek tersebut yang digunakan untuk pensuksesan AU dalam Kongres Partai Demokrat di Bandung.
Hasil survei dari berbagai lembaga penelitian sudah menunjukan prosentase kehilangan suara partai Demokrat sekitar 7 persen. Posisinya kini di rebut oleh Partai Golkar dan  PDIP di urutan pertama dan kedua, sementara Demokrat melorot ke posisi ketiga. bahkan jika pemberitaan kasus-kasus korupsi yang melanda Demokrat terus diangkat oleh media cetak maupun elektronok serta media sosial lainnya, maka tak mustahil Demokrat akan habis dan tamat.
Oleh karena itulah, bagi saya kenaikan harga BBM itu disamping memang memiliki alasan-alasan yang rasional secara ekonomi, namun juga akan berdampak pula secara politik. SBY mungkin sudah kadong tidak populer dengan kondisi partai yang di binanya,  Tapi SBY memiliki keyakinan bahwa Rakyat Indonesia mudah lupa. meskipun harga BBM naik, harga-harga kebutuhan dasar lainnya ikut naik, ongkos angkutan naik, segalanya akan ikut naik, meskipun Demokrat sedang didera persoalan korupsi, namun dengan Bantuan Langsung Tunai (BLT) semuanya akan gone with the wind…rakyat Indonesia akan melupakannya.
Masyarakat Indonesia akan mengingat charity 300 ribu nya, apalagi jika program BLT ini berlangsung dalam jangka waktu yang panjang, 1 tahun kedepan misalnya, maka memori dan perhatian rakyat akan tertuju pada kalimat ” Saya akan menerima uang 300 ribu sebulan, tanpa harus bekerja, dan itu karena kebaikan SBY“. Saya meyakini, bahwa saat kenaikan harga BBM diumumkan, saat program kompensasinya digulirkan, media televisi, dan koran akan dibombardir dengan iklan dari SBY. Karena hanya SBY yang mampu menaikan Partai Demokrat dalam singgasana pemenang pemilu. Sesudah berakhir pesona SBY, maka berakhirlah Demokrat.
Nggak percaya? Mari sama-sama kita buktikan..!

Poligami Tak Disenangi, Zina Dianggap Biasa

Saya menulis ini terus terang terinspirasi oleh tulisannya Mbak Icha Nors di Kompasiana berjudul “Nikah Muda Di Kecam, Zinah Dini Dibiarkan“. Tulisannya bagus dan inspiratif. Tulisan saya ini pasti tak disenangi para Ibu. Karena wanita mana yang rela untuk dimadu atau di poligami. Meskipun satu dua orang diantara sejuta perempuan mungkin ada. Sebagaimana seorang teman SMA saya yang seorang dosen di salah satu perguruan tinggi swasta di daerah Ciamis, dia sudah punya anak satu. Dia pernah berbicara pada saya dalam sebuah kesempatan reuni terbatas. Lalu diantara kita saling berbagi cerita seputar keluarga. Nah dalam keasyikan ngobrol itu dia nyerempet ke urusan poligami.
Man, laki gue kan kerjanya jauh di Kalimantan. pulangnya gak setiap bulan, kadang 6 bulan atau setahun sekali dia pulang, Tapi komunikasi via Telpon jalan terus, Gue pernah ngomong gini ama laki gue. Mas Karena mas jauh, jika mas punya niat untuk berpoligami, asal mas bicara pada saya, maka akan saya izinkan. Asalkan mas disana jangan melakukan Zina” begitu katanya. Saya sontak kaget mendengar obrolan dia. Koq Bisa?
Kalau orang mengimani sepenuhnya pada Al-Qur’an, maka dia harus menerima seutuhnya apa isi Al-Qur’an, jangan setengah-setengah, atau menerima sebagian dan menolak sebagiannya lagi. Bagi saya, masalah Poligami ini jelas ada penjelasannya dalam Al-Qur’an. Jadi bagi saya tidak ada masalah” bebernya. Nah lho saya semakin mengerutkan kening. ” Lalu bagaimana dengan urusan adilnya?” tanya saya.
Begini, Ibarat HP, jika seseorang sudah punya satu HP, lalu dia membeli lagi HP yang baru, maka otomatis dia akan lebih sering menggunakan HP barunya, wajar dia lebih sering mengusap-usap, bermain-main dengan HP baru tersebut, karena pasti memiliki tampilan baru yang lebih indah, menarik, dan fitur yang lebih lengkap daripada HP yang jadul” ungkapnya sambil ketawa. ” Lalu gimana urusan cintanya, otomatis kan cinta sang suami itu jadi terbagi dua, gak akan seratus persen lagi” Tanyaku lagi.
Kalau dia suami yang benar, bukan begitu membagi urusan cintanya, Bahwa saat dia sedang di istri pertama, seratus persen cintanya untuk dia, saat ke istri keduanya ya seratus persen juga cintanya. Asalkan sekali lagi dia mampu menafkahi lahir bathinnya saja, dan bisa membuatnya bahagia. Gue meskipun jauh, dan nafkah bathin jarang toh fine-fine aja koq. Karena sekalinya pulang, kan gue bisa habis-habisan ma dia” jelasnya, sambil tertawa lepas. Dan saya pun tak kuasa menahan tawa yang keras. ” Laki lo poligami sekarang, atau nikah lagi disana?” tanyaku penasaran.
Ya meskipun gue udah ngasih izin, kalo misalnya dia mau poligami disana, toch dia sampai sekarang gak berani nikah lagi. Dia malah bilang “Dik mas ngurus kamu satu aja belum sempurna koq, dan gak habis habis” katanya..hehehe” ungkapnya terkekeh.
Dari obrolan teman tadi, saya terus terang mendapatkan pencerahan tentang sesuatu yang selama ini dianggap tabu untuk dibicarakan. Lalu saya sering ngobrol-ngobrol dengan beberapa teman di kantor, dan banyak sekali informasi tentang fenomena “Suami” yang bermain di belakang istrinya. Lebih jelasnya mereka sering melakukan “Zina” di luaran. Bahkan saya sampai pada satu kesimpulan, bahwa mayoritas laki-laki senang berselingkuh, senang memiliki wanita simpanan lain, dan menganggap Zina sebagai sesuatu yang biasa. Naudzubillah.
Wajar lah lalaki mah bangor..asal ulah kanyahoan we! (Wajar Lelaki nakal, asal jangan ketahuan saja)” begitulah kira-kira mantra yang sering diungkapkan oleh mereka. Itulah fenomena “kebohongan” yang seolah dianggap sebagai sesuatu yang biasa.
Saya memiliki pandangan bahwa jika seorang lelaki bermain di belakang istrinya, maka pastilah dia akan senantiasa memelihara praktik kebohongan dalam setiap pembicaraan dan tindakannya. Dia akan berselingkuh dalam segala hal. Dalam berbicara, dia akan sering berbohong, saat enerima sms atau telpon dari “seseorang” diluar sana, lalu istrinya nanya misalnya ” Siapa mas?”, dia pasti akan menjawab ” Teman kantor, pa anu..” dan lain sebagainya. Dalam hal uang, dia juga pasti akan menyediakan alur kas pengeluaran lain untuk biaya operasionalnya bermain di luaran. Banyak sekali kemungkinan-kemungkinan yang sekan memberi rasa aman dan cap “Biasa” dengan praktik seperti itulah.
Oleh karena itu, jika melihat fenomena seperti tersebut diatas, maka saya cenderung sepakat dengan sikap kawan SMA saya tadi dalam menyikapi persoalan poligami. Jangan terlalu paranoid dengan persoalan yang memang sudah sangat jelas secara hukum dan aturan mainnya. Apalagi kita meyakini Al-Qur’an sebagai pedoman hidup seorang mukmin dan muslim. Pengingkaran terhadap pesan itu, adalah pengingkaran juga terhadap Al-Qur’an. Persoalannya adalah tergantung bagaimana seorang laki-laki memandang hukum poligami tersebut, tidaklah semata-mata karena kepentingan nafsu seksual semata, tapi memiliki dasar pijakan yang benar, logis, dan memenuhi prasyarat sebagaimana diperkenankan oleh hukum syari’at.
Karena saya seorang lelaki muslim, saya sangat memahami pandangan kawan saya tadi, dan sampai saat inipun saya tak pernah terpikir untuk berpoligami. Tapi saya bukan orang yang berpegang pada judul diatas ” Poligami Tak Disenangi, Zinah Dianggap Biasa”

Anak Sekolah Gaul, “Nge-Gank, Nongkrong, dan Bisingkan Knalpot Motor”

Jika Malam minggu datang, sepanjang jalan Otista dan sekitarnya, komplek ALun-Alun dan mesjid agung Tasikmalaya selalu dipenuhi berbagai group tongkrongan berbagai jenis dan merk motor. Samping kiri kanan jalan berjejer motor, sementara trotoarnya dipenuhi dengan para remaja yang rata-rata usia sekolah, SMP dan mayoritas SMA, laki-laki perempuan campur baur. Bahkan ada terselip juga anak-anak SD dengan tongkrongan sepeda BMX nya. Jalur itu ramainya bukan main, karena disela-selanya pedagang berbagai jajanan juga ikut mengadu peruntungan. Jika kita membawa kendaraan roda 4 ke arah itu pasti merayap perlahan, karena padatnya jalur jalan tersebut.
Saya sempat berfikir, gejala apa ini sebenarnya. Kota kecilku menjadi tempat pajangan motor begini. Yang paling meresahkan adalah, bahwa jika malam kian larut, group motor tersebut berkonvoi keliling kota. Mereka meraung-raungkan suara bising knalpotnya yang sudah di variasi. Beberapa tawuran antar gank motor maupun penyerangan gank motor terhadap perkampungan warga kerap terjadi, dan sempat memakan korban jiwa dan luka-luka. Aparat tinggal aparat, meski disiagakan pasukan dalmas di dekat pos tugu Adipura, namun rentetan kejadian memilukan dan meresahkan warga itu terus saja terjadi.
Inilah sepertinya gaya hidup remaja yang juga rata-rata anak sekolahan zaman sekarang. Mereka, karena berbagai serbuan budaya modernisme, tersedianya sokongan ekonomi keluarga, sementara perhatian keluarga yang kurang karena kesibukan ibu bapaknya bekerja, ditambah lagi derasnya perkembangan teknologi, karenanya mereka memiliki kesempatan untuk dapat berkomunikasi dengan Handphone, internet, dan perangkat media sosial lainnya. Mereka mudah berhimpun diri dalam sebuah ikatan kelompok, saling mengidentifikasi diri, saling curhat dan mencari pelarian bersama karena suasana broken home nya di keluarga.
Mereka senang bergerombol, mulai belajar merokok, berpakaian dan bergaya rambut yang aneh-aneh, memakai tindik di telinga, hidung, bibir bahkan lidah. Lebih jauhnya lagi mereka mulai coba-coba miras oplosan, narkoba, seks bebas dll, Itulah gaya yang menurut mereka dianggap sebagai sebuah model dan gaya hidup yang keren. Yang mencerminkan anak muda yang gaul dan funky.
Gaya hidup nge-gank, nongkrong bergerombol, berkonvoi kendaraan dengan raungan bising knalpot, seakan sudah menjadi trend umum di semua darah. Baik Kota-kota besar maupun pinggirannya. Sangatlah jauh berbeda, keadaan remaja kini dengan sepuluh tahun yang lalu misalnya, kalau dulu mesjid dan tempat mengaji masih dipenuhi oleh para remaja, usia sekolah SMP maupun SMA masih mau menuntut ilmu agama di malam hari, melalui majlis taklim di pesnatren, madrasah atau mesjid di dekat tempat tinggalnya. Kini perkembangan modernisme yang sedemikian pesat, derasnya arus pengaruh budaya barat, bejibunnya pusat-pusat perbelanjaan, mall dan supermarket, karaoke dan pusat keramaian publik lainnya, telah menyihir mereka untuk lebih banyak di dunia arus budaya pop dibandingkan melatih dan belajar diri dengan berbagai bekal keilmuan dan attitude masa depan.
Pesatnya teknologi, telah membuat para remaja dan anak-anak sekolah kita tercerabut dari dunia genuinitasnya sebagai anak bangsa. Facebook, twitter, gameonline, tayangan di televisi telah menyihir mereka menjadi anak muda dan remaja yang teralienasi dari keluhuran budaya orang tuanya. Sekolah seakan hanya berperan mencerdaskan intelektualnya semata, sementara moral, mental dan kecerdasan emosional serta spiritualnya tak tersentuh dengan baik. Kita lebih bangga dengan teori pengajaran dibanding dengan pendidikan. Mengajar membuat mereka pintar, tapi mendidik membuat mereka benar.
Selain itu, orang tua juga berperan melahirkan situasa kegagapan budaya seperti itu bagi anak-anak muda, mereka cenderung melupakan peran mendidiknya sebagai seorang ibu ataupun ayah bagi anak-anaknya. Mereka sekan berfikir bahwa tugas utamanya mencari nafkah, menyediakan kebutuhan ekonomi bagi anak-anaknya. Sementara perannya dalam berkomunikasi di rumah tidak mampu dilaksanakan secara maksimal. Mereka susah berperan sebagai pendengar yang baik, dari keluh kesah dan curhat anak-anaknya, mereka pembicara yang baik yang mengeluarkan banyak perintah dan larangan bagi anak-anaknya. Tanpa sentuhan ketulusan cinta dan kasih.
Anak Sekolah sekarang, gak gaul gak funky, gak nongkrong gak asyik, gak bisingkan knalpot motor nggak keren. gak nyoba narkoba, ndeso, nggak ngelakuin seks bebas, ketinggalan zaman. Apakah remaja tua kayak kita-kita ini, dan para orang tuanya akan diam membisu sajja? SEPERTINYA SEMUA KOMPONEN HARUS MELAKUKAN SESUATU. Pemerintah, aparat, orang tua, tokoh agama, praktisi pendidikan, Tak bolah diam, sama sekali.!

Berkantor Di Atas Gondola

Di samping kiri  jembatan Tomang Raya menuju arah Harmony terdapat sebuah gedung bertingkat, namanya Gedung Graha Sukanda Mulya. Letaknya persis berada di jalur putaran kolong Jembatan Tomang, yang jika kita mengambil arah kiri akan menembus ke daerah Tomang Banjir Kanal, jika memutar ke arah kanannya kembali ke arah Jl. Tomang raya menuju perempatan jalur tol Tangerang, Gatot Subroto dan Ke kanannya arah Taman Anggrek. Sementara jika pas puteran jalan dari Kolong ambil arah kanan akan menuju ke arah Kota Bambu, Slipi dan Tanah Abang.
Gedung Graha Sukanda Mulya ini adalah Gedung tempat pertama kali saya merasakan suasana kantor. Persis saat pertama kali gedung itu diresmikan penggunaannya, dengan beberapa perusahaan yang sudah mulai menyewa dan beraktifitas di gedung tersebut. Gedungnya berlantai 7 apa 9 ya, terus terang saya sudah agak lupa. Saya merasakan pengalaman ngantor disana selama hampir setahun.  Sekitar pertengahan Tahun 1996 saya masuk kesana dan berhenti pertengahan 1997.
Saya bukan bekerja dengan fasilitas meja lux, kursi empuk dan seperangkat media kerja elektronik seperti  komputer, laptop,  telpon atau fax. Alat kerja saya adalah Sapu, kemoceng, pengepel,  kain lap, penyemprot kaca, dan penarik airnya. Plus berbagai bahan kimia dan pengharum lainnya. Oh ya meja kerja paling pavoritku adalah Gondola. Sebuah rangka besi berukuran 1 x 1,5 M yang hanya muat untuk berdiri dua orang pegawai,  Gondola itu biasa bergelantungan diantara sisi-sisi gedung Depan, samping kiri kanan.
Mengapa Gondola ini menjadi “meja kerja” pavoritku. Ya karena dari ketinggian gedung itulah, saya dapat menyaksikan view Jakarta, bahkan dari gondola itulah selain dapat melihat para karyawan dalam gedung yang cantik-cantik, saya juga dapat sekali-kali mencuri pandang ke bawah, sekitar perkampungan padat penduduk. Ada banyak pemandangan indah namun juga ada yang memerihkan mata, pemandangan indahnya jika ada titik pemandian umum, suka ada yang sedikit asoyyy..heheh, sementara perihnya karena melihat bergelantungannya jemuran segala macem, plus lihat kesemrawutan tata ruangnya yang awut-awutan.
Meski “Meja Kerja” ku dianggap berbahaya, beresiko jiwa, meski terkadang merasakan panas yang menyengat, membakar kulit dan membanjirkan keringat, Tapi moment-moment itu sungguh menjadi pengalaman hidup yang tak dapat dilupakan. Meski dengan hanya bergaji mingguan, Jika datang hari Sabtu terasa cerahnya dunia kala itu, apalagi ada sesama pegawai korpsku, perempuan cantik berbody wah, yang ternyata menyimpan cinta. Rosalinda namanya. Yang sayang tuk ku tolak pesona dan godaan cintanya..hmmm.
Setengah tahun saya menjadi staff, setengah tahunnya lagi saya menjadi supervisor dengan 8 anak buah, 4 laki-laki dan 4 perempuan. Tanpa menghentikan aksiku bergelantungan di Gondola. Karena yang lain tak memiliki keberanian. Untungnya ada bayaran tambahan diluar honor biasanya sebagai petugas cleaning service.
Kini, jika saya melihat berita di televisi, tentang kecelakaan para petugas kebersihan gedung yang tali gondolanya putus dan jatuh, mereka meregang nyawa, mereka cacat dan banyak cerita mengerikan lainnya, saya hanya bisa menerawang ke belasan tahun yang lalu. Saat dimana keterpaksaan untuk bertahan hidup di kerasnya belantara Jakarta, menyatu dengan indahnya romantika cinta seorang petugas Gondola dan pembersih kaca.
Teriring do’a untuk teman-temanku pegawai Graha Sukanda Mulia, Daus, Opik, Rosalinda, Tita dll, semoga kalian berada dalam sebaik-baiknya kehidupan. Amien.

H.Usep Romli HM, Berhenti Dari PNS, Hidup Berlimpah Dengan Menulis

Ada beberapa orang yang disinyalir memiliki penghasilan yang besar tapi tanpa harus repot bekerja, tanpa terkena jadwal berangkat pagi, pulang sore hari. Dia hanya duduk saja di rumah, tak kemana-mana.  Secara fisik dia tak banyak bekerja, yang berkerja adalah otaknya, pikiran cerdas, bernas, dan khas yang dipadu dengan jari jemarinya yang menari gemulai diantara huruf-hurup keyboard. Ya, salah satunya adalah sang pensiunan wartawan, dan seorang sastrawan Sunda yang tak pernah berhenti menulis, yaitu Kang H. Usep Romli HM.
Beliau adalah sedikit dari orang yang meskipun sudah berusia, tapi jiwa dan semangat menulisnya tiada henti. Sebagai orang yang sudah malang melintang di dunia jurnalistik, dunia tulis menulis, Kang H Usep adalah Da’i yang komplit. Beliau mampu berdakwah secara lisan, karena dia mampu menjadi muballigh yang hebat saat di atas mimbar, ceramah-ceramahnya menyejukan dan menyegarkan, Beliau juga mampu berdakwah secara tulisan. Banyak sekali percikan pemikiran dan dakwahnya yang di muat dalam media-media cetak baik nasional, regional maupun lokal Jawa Barat, termasuk berbagai analisanya dalam berbagai persoalan, baik agama, ekonomi, sosial, politik maupun budaya. Beliau juga memiliki kepedulian dalam dakwah Tindakannya, Beliau mendirikan sebuah lembaga atau yayasan di Garut yang bergerak dalam bidang Pendidikan, Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat, khususnya yang berada di wilayah Garut, tanah kelahirannya.
Saya secara pribadi tak mengenalnya dengan baik.  Saya hanya sering membaca tulisan-tulisannya di koran Priangan, Pikiran Rakyat, Tribun, Kompas, Republika dan berbagai media lainnya. Beliau juga banyak menulis karya-karya sastra, cerpen, puisi, novel dan buku-buku anak-anak. Sebagian ada yang ditulis dalam bahasa Sunda, dan sebagian lainnya dalam bahasa Indonesia. Beberapa penghargaan telah beliau dapatkan, terakhir tahun 2011 memperoleh penghargaan Sastra Rancage untuk pengabdiannya dalam bidang sastra Sunda.
Dalam Wikipedia bahasa Indonesia, nama H. Usep Romli H.M. dikenal sebagai sastrawan Sunda,  lahir di Limbangan Garut, pada 16 April 1949. Awalnya Dia dikenal sebagai penulis buku anak-anak dalam bahasa Indonesia dan Sunda. Usep lulus dari Sekolah Pendidikan Guru pada tahun 1966 dan menjadi guru SD di Kadungora, Garut. Dia juga menjadi koresponden untuk mingguan Fusi (1972), Giwangkara (1972-76), harian  Pelita (1977-1979), harian Sipatahunan (1979-1980). Ketika hendak dipindahkan menjadi pegawai Dinas Pendidikan dan Kebudayaan di Bandung, dia memilih untuk melepas seragam Pegawai Negeri Sipil dan bekerja penuh sebagai wartawan Pikiran Rakyat sampai pensiun.
Seorang kawan pernah bercerita, bahwa Pa H. Usep Romli ini adalah sebagian dari orang yang berpenghasilan tinggi dengan hanya duduk di depan komputer. setiap hari tulisan-tulisannya masuk ke berbagai meja redaksi media cetak nasional, regional maupun lokal. Karyanya memang sudah memiliki tempat tersendiri di kalangan redaktur koran. Susah untuk tidak laik cetak, karena memiliki kekhasan tulisan, ketajaman analisa dan gaya bahasa yang menarik.
Sebagai seorang sastrawan Sunda, seorang mantan wartawan, dan kini sebagai penulis bebas, Kang H Usep Romli adalah sedikit orang yang memiliki keahlian, pengalaman dan ketajaman olah rasa, olah pikir dan olah pena. Dengan semuanya itu, beliau telah menunjukan sebagai sosok orang yang dapat terus berdakwah dengan lisan maupun tulisan serta tindakan nyata di masyarakat. Keputusannya untuk berhenti dari Pegawai Negeri Sipil secara total, dan serius dalam dunia menulis. telah membawa Kang H Usep Romli ini sebagai sosok yang hidup berlimpah dengan karya menulis.
Beliau cukup diam di rumah, dalam kebahagiaan masa tua, berkumpul bersama istri dan anak-anaknya, bermain dengan cucu, dan terus  tanpa henti merangkai kata, mengemas ide dan gagasan serta renungan.  Dan yang pasti, dalam limpahan materi dari Tulisannya, Beliau menikmati hari tuanya dengan tanpa henti memberi manfaat, berdakwah dengan lisan, tulisan dan tindakan. Kalayan Hurmat Ka Kang H. Usep Romli HM.

Berpulangnya Ulama, Tanda Dekatnya Kiamat ? In Memoriam KH. Dudung Ulama Santun Dari Cipasung

Hari minggu 19 Februari 2012 kemarin, Tepat pukul 11.00 Handphone saya berbunyi. Seorang kawan  mengirim SMS, memberitahukan kabar duka, “Innalillahi Wainnaa Ilaihi Raaji’un, Telah berpulang ke rahmatullah Bapak KH. Dudung Abdul Halim salah seorang pimpinan pondok pesantren Cipasung Tasikmalaya“. Saya tertegun barang sesaat. Sudah kesekian kalinya, kabar berpulangnya Ulama besar, yang menjadi sesepuh di tempat bersemainya kader-kader penerus sang Nabi, yaitu Pondok pesantren. Sebelumnya KH. Ilyas Ruhiyat, Mama Oot Cikalong, Mama Maniis Gunungtanjung, Lalu KH Moh. Toha Cigalontang, dan yang lainnya. Semuanya merupakan ulama-ulama sepuh yang dimiliki oleh ummat Kabupaten Tasikmalaya khususnya, umumnya Jawa Barat dan Indonesia.
Kita semua sangat mafhum, bahwa keberadaan para ulama di dunia ini, dengan berbagai kapasitas keilmuan yang adiluhung, sikap wara dan tawadlu nya, kesabaran mendidik ummat di lembaga pondok pesantren dan dari majlis ke majlis, telah menjadi “paseuk” atau patok penguat keberlangsungan kehidupan dunia ini. Berpulangnya para ulama pertanda diangkatnya pula ilmu oleh Allah SWT. Dan jika merunut hadist Rasulullah SAW, bahwa salah satu pertanda kiamat sudah dekat, adalah saat satu  demi satu Ulama yang menjadi pewaris nabi di panggil menghadapnya.
Sosok Ulama adalah sosok yang didalamnya menyatu antara kedalaman Ilmu dan ketawadluan sikap. Ulama yang telah menyatu dengan ummat, pancaran akhlak dan perilakunya menjadi cahaya yang menerangi kehidupan. Mereka menyejukan, mendamaikan, dan menentramkan ummat. Keberadaannya menjadi wakil sang Nabi yang mampu mengayomi dan membawa ummat dalam keadaan hidup yang seimbang antara kehidupan duniawi dengan ukhrawi.
Memang menurut Imam Al-Ghozali, ulama itu terbagi dua. Ada ulama’ul Akhirat dan Ada Ulama Suu’. Ulama’ul Akhirat benar-benar memegang tanggungjawab diri sebagai pewaris perjuangan Nabi, yang membina, mendidik dan membawa ummat pada jalan Islam yang lurus. Mereka tidak kesengsem dengan perkara duniawi, tak terjebak dalam keributan perbedaan paham dan kepentingan. Sementara Ulama Suu’ adalah ulama yang buruk, yang suka menjual belikan ayat, yang jalan hidupnya selalu berhitung karena kepentingan duniawi, terjebak oleh manisnya kekuasaan, terperangkap oleh gebyarnya hingar bingar politik dan kemewahan dunia. Senengnya memelihara perbedaan dan meributkannya, menyalahkan ulama yang lain, gampang menyesatkan paham yang lain, menganggap dirinya paling benar dan paling pertama mendapat tiket surga.
Tak banyak mereka yang tergolong ulama’ul akherat, karena mereka tak suka menonjolkan diri, mereka khusyu menjalankan syari’at, tirakat menggapai ma’rifat, hakikat dan mahabbah padaNya. Mereka sibuk mendidik ummat, mengajarkan agama, dan ilmu-ilmu lainnya yang menjadi bekal kehidupan ummat meraih kemaslahatan hidup di dunia dan kebahagiaan kelak di akherat. Sementara ulama’ Suu’ sangat mudah terlihat, mereka senengnya tampil, senengnya membanggakan diri, senengnya membesarkan kelompoknya, senengnya bermewah-mewah. Anda juga pasti bisa membedakannya. Dam jika lebih banyak tipikal ulama suu’ di dunia, maka itu juga pertanda Kiamat sudah dekat.
Berpulangnya Alm. KH. Dudung Abdul Halim MA, bagi saya adalah berpulangnya kembali sosok “Patok” dunia. yang akan semakin membuat dunia ini limbung. Beliau sepanjang hidupnya benar-benar membawakan diri sebagai sosok ulama santun yang istiqomah dengan jalan perjuangannya. Tak menyenangi keributan, kegaduhan dan kehebohan. Bicaranya lembut dan tenang, sama seperti Alm KH. Ilyas Ruhiyat mantan Ro’is ‘Am PBNU zaman KH. Abdurrahman Wahid. Jama’ah Riyadloh dan pengajian rutinnya selalu penuh dengan para ajengan dari berbagai pelosok.
Beliau tak pernah lelah berkeliling daerah, dari mimbar ke mimbar dengan bahasanya yang menyejukan, bukan dengan gaya orator yang agitatif, dan menyerang. Beliau selalu meneduhkan, menyegarkan jiwa para jama’ah dalam menjalani kehidupan. Maka tak heran saat beliau pergi menghadapnya, ummat berjejal di sekitar komplek pompes untuk melepas ke tempat peristirahatannya terakhir  dan berkirim do’a. Isak air mata selalu tak dapat dibendung. Keharuan selalu membuncah. Rasa kehilangan yang teramat mendalam.
Kini, Saat satu demi satu Ulama sepuh Alimul ‘Alamah, Ulama’ul Amiliin, akan sangat terasa betapa limbungnya Dunia. Karena patok kekokohan dunia semakin diambil oleh yang empunya Allah SWT. Ummat jadi kehilangan induk nya, banyak terjebak pada sayap-sayap yang mengaku ulama, tapi tak mencerminkan kesejatiannya. Ummat jadi tak lagi memiliki simpaty karenanya. Ummat dan masyarakat seakan menempatkan mereka dalam menara gading nan terasing, bahkan masyarakat berada dalam ketakutan, kebencian dan keputus asaan.  Mereka mencari jalannya sendiri. Tak lagi tersisa rasa cinta, kagum dan khidmah pada Ulama, Kiai, Ustad atau ajengan. Karena suasananya sudah sedemikian berjarak. Na’udzubillah.
Alm KH. Dudung Abdul Halim, Ulama santun dari Cipasung. Semoga Allah SWT menempatkan Pangersa dalam seindah-indahnya tempat di sisiNya.

Sung-bong Choi, Sang Tunawisma Yang Memukau Juri Korea’s Got Talent

Adalah Sung-bong Choi, seorang remaja laki-laki Korea yang hari ini menggemparkan dunia. Show nya dalam acara Korea’s Got Talent, yang di upload ke You Tube telah tonton lebih dari 16 juta orang. Siapakah dia sebenarnya?
Saya sendiri pertama kali menyaksikan dalam sebuah acara wide shot di metro TV, lalu saya buka di youtube langsung, ternyata memang sangat luar biasa. Selain luar biasa mendengarkan suaranya dalam menyanyi, yang paling menyentuh adalah membaca latar belakang dan sejarah hidupnya yang begitu menyentuh.
Dia hidup sendiri semenjak umur 5 tahun. Dia hidup menjadi gelandangan, Dia sering tidur di tangga atau toilet umum. Selama sepuluh Tahun mencari makan dengan menjual permen dan minuman energy di pinggir jalan. Sungguh sebuah derita hidup yang membuat seluruh penonton dalam show tersebut tak mampu menahan derasnya air mata.
Yang paling menarik, dan membuat semua mata terbelalak adalah, saat Sung-bong Choi menunjukan bakatnya menyanyi, dia mengaku tidak pandai menyanyi, namun dia bernyanyi karena dia suka saja melakukannya. Kita pasti akan tersihir dengan magnet suaranya, dia seperti seorang maestro Itali pemilik club sepakbola Napoli, yang dalam studium orchestra bernyanyi begitu memukau. Begitulah pula Sung-bong Choi. Suaranya membuat juri terperangah, memelototkan mata, kaget dan menitikan air mata. Seakan Tak percaya.
Itulah, kepahitan hidup yang dijalani Song-bong Choi berbuah manis, melalui sebuah event pencarian bakat Korea. Dia memang hanya meraih juara Kedua dalam event itu, tapi penampilannya dalam ajang itu telah memikat dunia, telah menggelorakan semangat haru biru yang membawanya dalam perubahan nasib yang dramatis. Maka sepertinya, fenomena Justin Bieber akan melanda Korea, melalui sosok Sung-bong Choi.
Jika ingin melihat video mengharukan itu, search you tube dengan judul dibawah ini :

Homeless Boy Steals The Talent Show

Boikot Media, Boikot Demokrat Dong?

Jika melihat judul Demokrat VS Media, maka kita seakan-akan ditarik pada sebuah keadaan yang menunjukan adanya pertarungan vis a vis antara kekuatan politik Partai Demokrat satu sisi, dan gelombang pemberitaan Media pada sisi yang lainnya.  Dan saya melihatnya sebagai pemanasan awal pertarungan politik antar parpol sendiri, karena media dalam pengertian  diatas adalah juga terdapat  kekuatan politik dibekalangnya.  Saya juga melihat adanya ketidak berimbangan arus dan lalu lintas media yang menyoroti seputar Partai Demokrat. Ibarat dalam sebuah pertandingan tinju, antara petinju Crish Jhon melawan Tyson. Pasti keteteran lah.
Jika kekuatan partai lain memiliki jaringan mainstream media baik cetak maupun elektronik maupun media sosial. Golkar punya TV One dan viva news nya, Partai Nasdem punya Metro Group dan MNC Group nya,  yang semuanya secara bergelombang terus memberitakan seputar kasus korupsi yang melanda elit partai Demokrat, maka tidak demikian tentunya dengan Partai Demokrat itu sendiri. Mereka seakan keteteran menahan arus serangan pemberitaan yang bertubi-tubi mengarah ke jantung pertahanan Demokrat.  Maka pertahanan terakhir yang dilakukan oleh Demokrat akhirnya adalah Menyerukan Kader-kader demokrat untuk memboikot media mainstream dengan cara tidak meladeni permintaan wawancara, dialog atau tanggapan apapun yang datangnya dari media.
Namun hal itu lagi-lagi bukanlah strategi yang cerdas, malah semakin menyiramkan bensin untuk menambah semakin menyalanya arus pemberitaan tentang Demokrat di berbagai jenis media. Kita memang tidak memungkiri derasnya pemberitaan tersebut ada kekuatan politik didalamnya, namun Partai Demokrat juga seharusnya sadar diri bahwa kalau tak ada api tak mungkin ada asap. Kalau tak ada praktik kotor yang dilakukan oleh elitnya, tentu tak akan terjadi hiruk pikuk dan politik bunyi-bunyian ini dalam berbagai kanal berita. Dan Partai Demokrat juga seharusnya tidak melupakan jati diri dan sejarah kelahirannya, bahwa meroketnya Partai Demokrat dalam peta politik nasional tak lebih dan tak kurang karena peran pemberitaan media yang banyak mengangkat berita seputar SBY dan program-program bagi-bagi uangnya seperti BLT, PKH, Raskin dll yang dianggap sebagai bentuk kepedulian terhadap rakyat.
Sehingga menurut pendapat saya, bahwa sesuatu yang menanjak dengan tiba-tiba karena citra yang dibangun oleh media, maka secara sunnatullah wajar saja kalau harus menurun kembali bahkan drop ke level awal kelahirannya karena citra buruk yang juga diangkat oleh media. Media tentu sah memberitakan sebuah angel pemberitaan yang layak untuk diangkat. Apalagi kasus Nazarudin, Anas Urbaningrum, Angelina Sondakh, Dan Boikot Media ini merupakan berita yang dianggap seksi untuk naik meja redaksi.
Makanya, menurut saya, jika Demokrat mengambil sikap memboikot media, hal itu justru akan semakin menambah kesan dan citra negatif Partai Demokrat di mata publik. Karena hal itu dianggap sebagai sebuah langkah pembenaran terhadap fakta-fakta kasus yang melilit elit demokrat. Sehingga hal itu akan semakin membuat persepsi publik menjadi lebih antipati terhadap demokrat.
Seharusnya elit-elit Demokrat menyusun strategi sebagaimana dulu mereka berhasil bertengger di posisi pertama sebagai pemenang Pemilu Legislatif yang kemudian berhasil mengantarkan SBY menjabat sebagai presiden selama hampir 2 periode. Dengan cara mengintercept kekuatan-kekuatan jaringan media, baik cetak, elektronik dan media sosialnya. Dengan menyiapkan kadernya yang memang memiliki kualitas intelektual yang memadai, moralitas dan integritas yang mumpuni, serta memiliki kekuatan komunikasi yang baik.
Lebih daripada itu semua, alangkah lebih baiknya jika upaya yang dilakukan itu bersifat dramatis. Misalnya dengan serta merta saja membereskan kader-kadernya yang diindikasikan bermasalah tersebut, non aktifkan saja, entah Itu Anggelina Sondakh, Anas Urbaningrum, Andi Malarangeng, Mirwan Amir, Atau siapapun yang selama ini dianggap menjadi sumber bad news di Partai Demokrat. Tokh semuanya sudah berada dalam alur proses hukum. Kalupun misalnya hukum mengatakan mereka tidak bersalah, mereka dapat dipulihkan kembali kehormatan dan reputasinya.
Jika langkah-langkah strategis itu enggan untuk diambil, malah mengambil sikap pemboikotan terhadap media, maka hal itu justru akan menjadi pintu masuk bagi  menggeloranya gerakan boikot Partai Demokrat. Jika itu sudah menjadi sebuah gerakan sosial, maka tamatlah riwayat hidup Partai Demokrat di Republik ini.

Sate Mata Lembu, Sajian Malam Khas Pantai Cipatujah

Jika anda berkesempatan jalan-jalan ke daerah Tasikmalaya, Mungkin anda bisa berendam air panas dan menyaksikan pemandangan eksotis Gunung Galunggung (Tapi sekarang lg waspada, lagi panas dalam..hehe), atau Anda dapat mencoba berwisata religi dengan ziarah ke makam Syech Abdul Muhyi Pamijahan, seorang Ulama awal pembawa Islam di tatar Sukapura dan diyakini sebagai wali, berikut jangan dilewatkan pula menjelajah jejak perjalanan dakwahnya dengan menyusuri gua yang menjadi tempat beliau ber tirakat dan mengajarkan ilmu kepada para pengikutnya.
Nah, Jika anda selesai berwisata religi ke Pamijahan, teruskanlah wisata anda menuju daerah pantai Indah Cipatujah. Jaraknya hanya sekitar 10 Km dari Pamijahan, Jika  ke Pamijahan kita mengambil arah kanan dari pas pertigaan Simpang, maka kalau ke Pantai Cipatujah, kita mengambil Arah ke sebelah kirinya. Jadi kalau kita arah pulang dari Pamijahan, pas simpang  tinggal lurus saja menuju Cipatujah.
Panorama pantainya tak kalah menarik dibandingkan pantai-pantai lainnya yang ada disepanjang pesisir selatan pulau Jawa, hanya saja Pantai Cipatujah ini ibaratnya masih perawan, belum banyak sentuhan kebijakan pemerintah daerah menyangkut potensi wisatanya, tidak sebagaimana Pantai Pangandaran di daerah Ciamis. Di Cipatujah ada beberapa penginapan sederhana, losmen, dan rumah penduduk yg suka disewakan, ada beberapa rumah makan yang menyediakan makanan ikan segar dari hasil tangkapan para nelayan.
Namun ada satu yang khas sebenarnya, Adalah Sate Mata Lembu. Mata lembu merupakan sejenis keong laut yang hidup diantara batu karang. Penduduk disana banyak yang berusaha dengan cara mencari mata lembu di sepanjag pantai Cipatujah dan Sindangkerta. Harganya lumayan bernilai ekonomis, karena masih terbilang langka dan susah mendapatkannya.
Tapi bagi orang yang sudah tahu khasiat Mata Lembu dan kelezatan masakan Sate atau Tumisnya, maka anda pasti akan mencarinya. Karena ternyata Sate Mata Lembu ini menurut penduduk sana memiliki khasiat yang bagus buat penambah vitalitas atau kejantanan pria. Anda cukup merogoh kantong Rp. 20.000 -30.000 untuk satu porsi sebanyak 10 tusuk sate Mata Lembu tersebut, murah bukan?
Hanya saja, memang tidak mudah untuk mencarinya sendiri atau membeli ke tempat pelelangan ikan. Kita harus memesan sebelumnya pada penduduk sana pada siang harinya, jika kita ingin menyantapnya di malam hari. Dan penduduk itu akan menghubungi beberapa penduduk yang biasa mencari mata lembu tersebut.
Jadi, Selain menikmati eksotisnya pemandangan Pantai Cipatujah, Nikmatilah sensasi asyik dan “greng” dari Sate Mata Lembunya.

Menjadi “Doktor”, Meja Kerjaku Adalah Springbedku

Ini pengalaman masalaluku saat merasakan tugas pertama kali dipemerintahan. Kala itu Aku mendapatkan penugasan di suatu daerah perbatasan kabupaten, boleh dibilang ujung pelosok daerah, yang jarak tempuhnya sangat jauh dari tempat tinggalku, sekitar 40 km lebih, jika menuju ke sana harus melewati jalan rusak berkelok, naik turun, sebagian beraspal seulas, selebihnya berbatu, selain itu pula harus melalui bentangan hutan pinus yang panjang. Ada banyak jurang di kanan kiri jalan. Jika hujan deras turun, maka kita harus ekstra hati-hati, karena jalanan menjadi licin oleh air bercampur tanah merah dari perbukitan diatasnya. Untuk sampai ke kantorku, setidaknya melewati dua jembatan sisa peninggalan zaman perang, dengan alas kayu gunung sebagai penyangganya.
Awalnya aku melewati hari-hari pekerjaanku dengan tiap hari pergi pulang naik kendaraan motor, dengan durasi waktu perjalanan sekitar 1,5 jam,  sekali-kali naik kendaraan umum, naik turun sebanyak 4 kali, dan angkutan terakhirnya ke lokasi naik bak terbuka, duduk pada sanggaan mobil di kiri kanannya, bersama orang-orang yang pulang belanja barang dagangan warungan, dari pasar tempat mobil bak merangkap angkutan itu mangkal. Maka tak heran, jika naik angkutan bak itu, disekitar kita ada kambing, ikatan petai, jengkol, salak, sayuran, ikan asin, dan makanan jajanan anak. Hmmm..segala bau-bauan ada, bercampur farfum murah dari bajuku yang ku beli dari kios minyak wangi di pinggir jalan.
Lama kelamaan aku berasa capek juga, jika berangkat kerja harus setiap hari pulang pergi. Akhirnya aku berfikir untuk mencoba cara lain. Suatu hari aku nggak pulang ke rumah, aku nyoba tidur di kantor. Awalnya kaget dan serem. Karena kantorku berada di daerah pegunungan, yang meski di sekitar kantorku terang dengan sinar cahaya lampu, namun di sekitarnya banyak titik-titik kegelapan, suara-suara binatang malam yang membentuk orkestra mistis. Satu-satunya teman yang menemaniku adalah Komputer, sementara Mang Asep penjaga kantor kadang keluar masuk, nengok anak istrinya dirumah dan hewan peliharaannya yang berjarak sekitar 500 meter dari kantor.
Di Kantorku tak ada kasur empuk, yang ada hanya meja-meja kerja dari para karyawan sekitar 6 buah. termasuk di dalamnya mejaku. Oleh karenanya jika malam sudah larut, dalam cuaca dingin pegunungan, aku paling menggabungkan dua meja sebagai alas tidurku. Ya meja itu menjadi kasur terempukku jika aku menjadi “Doktor” alias mondok di Kantor, dengan tas ranselku sebagai bantalnya.
Akhirnya, karena jika moment-moment tertentu aku harus dinas malam hari, mengunjungi kegiatan-kegiatan masyarakat, maka mau tak mau aku jadi setiap hari tidur di kantor. pulang jam 12 sampai jam 1 malam. selain itu pula semakin banyak teman dari warga di sekitar kantor atau pelosok yang ingin menemani aku jadi “doktor”. maka jadilah Meja kerjaku, yang jika siang aku pakai untuk menulis dan membereskan berbagai laporan, berkas bertumpuk, maka kalau malam semuanya bersih masuk laci. karena berfungsi sebagai springbed empuk yang membuat tidurku lelap.
Tak ada istilah susah tidur, walau meja kerja kayu tersebut secara fisik keras, tapi pikiran dan hatilah yang membuat jiwa nyaman dalam berkompromi dengan mata. Jika fisik lelah saat siang bekerja, maka mata tak banyak bertanya pada pikiran. Tak butuh waktu lama, tak peduli di luar raungan truk pengangkut kayu-kayu hutan tak berhenti bersuara, tak peduli teman yang lain berjaga di depan gerbang, menunggu lemparan 10 hingga 20 ribunya. tahu-tahu adzan subuh sudah berkumandang.
Selama setahun itu, Aku benar-benar merasakan betapa nikmatnya jadi “Doktor”, selalu mondok di Kantor, dengan ditemani meja kerjaku, yang tentunya terbebas dari permainan dibawah meja, apalagi permainan di atas meja yang hari ini sudah menjadi penyakit umum yang katanya era reformasi. Karena prinsipku apa yang bisa dipermudah kenapa dipersulit, apa yang bisa dipercepat kenapa harus diperlambat, Apa yang bisa dipermurah kenapa harus dibuat mahal. Sebuah prinsip yang begitu berat tantangannya, karena lingkungan kerjaku terbiasa dengan budaya sebaliknya. Oleh karenanya, apa yang ku lihat, ku dengar, ku rasakan telah mempengaruhi perjalanan hidupku, sehingga aku harus mengambil keputusan. Yang menurut banyak orang dianggap “gila”.  Tapi Memori tentang meja kerjaku telah menambah file-file indah perjalanan hidupku.

Kultur Hybrid DPR Dan Upaya Mengatur Wartawan

DPR dan Wartawan itu sama-sama merupakan pilar demokrasi. Yang satu menjadi wakilnya rakyat, dipilih oleh rakyat, yang satunya lagi berperan sebagai mata, telinga dan corong rakyat. Dua-duanya memiliki tugas mulia. DPR dengan segala fasilitasnya yang disediakan dari uang rakyat, bagaimana menjalankan peran sebagai wakil rakyat dengan cara mengatur peran “Legislasi, Budgetig, dan Kontroling” terhadap tugas kenegaraannya, mengatur bangsa dan negara ini. Sementara wartawan dengan tanpa dibiayai uang rakyat menjadi “Anjing Penggonggong” jika apa yang dilakukan mereka yang menggunakan uang rakyat itu tak melakukan tugasnya dengan baik, tak mencerminkan kehendak dan keinginan rakyat yang diwakilinya.
Hal-hal yang positif yang dilakukan oleh mereka para wakil rakyat perlu diketahui oleh rakyat, disana peran wartawan hadir. Pun Jika hal-hal negatif yang dilakukan oleh para wakil rakyat, wartawan menjalankan tugasnya untuk memberitahu rakyat,  bahwa ternyata wakilnya itu lebih mementingkan gedung mewah tempanya bekerja, lebih membela kursi empuknya untuk duduk mengantuk dan bermain gadget dalam ademnya AC ruangan, lebih memilih jalan-jalannya ke luar negeri atas nama studi banding, lebih memilih jadi broker proyek anggaran negara untuk mendapatkan suap dan fee nya, dan wartawan harus menjadi suara rakyat yang berteriak sekeras-kerasnya agar mereka sadar diri bahwa segala apa yang Anggota DPR lakukan itu harus mempertimbangkan rasa keadilan masyarakat menyangkut aspirasi dan realitas kehidupan rakyatnya.
Jangan sampai ada gap yang teramat jauh antara Rakyat dengan wakilnya dalam hal kesejahteraan dan kenyamanannya hidup dan tinggal di negeri kaya raya bernama Indonesia. Dan sekali lagi pihak yang akan mampu menghilangkan gap itu adalah wartawan. Wakil rakyat harus berada dalam seminim-minimnya jarak dengan rakyatnya, apa yag dilakukan, dibicarakan, bahkan kalo perlu nafas yang dihembuskannya pun rakyat harus tahu.
Lalu pada sisi mana pembenarannya jika faktanya seperti diatas, DPR mau mengatur peran dan fungsi wartawan dalam menjalankan tugas jurnalistiknya yang notabene juga mewakili suara rakyat? Koq saya melihatnya hanya bagian dari keinginan DPR untuk tidak mau di awasi oleh rakyat melalui wartawan. Lalu oleh siapa mereka harus diawasi? Rakyat sudah jelas lemah dan dilemahkan. Mereka para wakil rakyat jika bertugas dengan baik dan amanah, serta berbuat sebaik-baiknya demi rakyat, pasti butuh kanal untuk menyampaikannya kepada publik. Rakyat akan senang tentunya, dan  mereka juga akan mendapatkan simpaty kembali dari rakyat pemilih dalam pemilu legislatif berikutnya.
Akan halnya mereka yang culas dan curang dalam menjalankan amanahnya sebagai wakil rakyat, yang tak memiliki kapasitas, kapabelitas dan integritas sebagai anggota DPR, yang hanya memikirkan hedonisme diri, setoran partai dan kepentingan kelompoknya semata, maka meskipun mereka tak ingin dan tak happy di sorot oleh wartawan, tapi kewajiban wartawanlah untuk memberitahu rakyat dan masyarakat Indonesia tentang karakter dan kelakuan wakilnya agar mereka tak terus menerus ber”onani” dengan predikat “yang terhormat” nya tersebut, dan kedepan rakyat akan menghukum dengan tidak memilihnya kembali.
Kultur Hybrid Anggota DPR yang ambigu, antara kebutuhan ekspresi tugas kenegaraannya, popularitas yang linier dengan tingkat elektabilitas kedepannya, ternyata menyisakan “paranoidisme” pada sisi yang lainnya, jika berhadapan dengan wartawan. Oleh karenanya, mereka sepertinya berharap bahwa wartawan itu hanya berperan sebagai “Anjing Penjaga” saja yang cukup diberi tulang dia nurut sama tuannya. Yang dituntut hanya karya jurnalistik “positif-positif saja” padahal tuannya kalangan wartawan adalah Rakyat juga, dan faktanya dalam bacaan kalangan wartawan, kinerja dan kelakuan DPR banyak juga yang “negatif-negatifnya”. Pada titik inilah Rakyat harus tahu.
Jadi Apa pentingnya mengatur tugas wartawan di rumah rakyat? Jangan karena ketakutan, karena buruk muka, malah cermin dibelah.

Kiarajangkung, Kampung Milyarder WC Umum

1329518365362914046
Ilustrasi/Admin (Shutterstock)
Nama Kiarajangkung mungkin terdengar asing bagi para Kompasioners. Kiarajangkung memang hanyalah nama sebuah Kampung sekaligus Desa yang berada di Wilayah Kecamatan Sukahening, daerah pinggir Kabupaten Tasikmalaya. Letak  sekitar 5 KM dari Jalan nasional pada titik Kecamatan Rajapolah yang berada pada kontur datar, menanjak dalam kontur ketinggian sekitar 45 derajat, tepat berada di kaki alur pegunungan Gunung Galunggung dan Cibodas Garut. Bahkan boleh di bilang Kiarajangkung ini merupakan daerah Puncaknya. Anda akan merasakan udara nan segar, cuaca dingin yang sangat dan berkabut, terlebih jika sebelumnya diawali oleh hujan. Selain itu pula, jika berada dalam titik puncak ketinggian, Anda juga akan menyaksikan view hamparan sawah nan hijau, berjejarnya bukit-bukit, dan pemandangan indahnya Gunung Syawal Ciamis.
Ada yang istimewa dari Kiarajangkung ini. Meskipun letaknya berada di pelosok, tapi disana terdapat rumah-rumah seperti di daerah Pondok Indah Jakarta. Atau seperti dalam sinetron-sinetron di televisi swasta maupun film India. Megah dan terlihat wah. Mereka bukan rumah pejabat, bukan pula pengusaha yang bergerak dalam proyek-proyek besar pemerintah. Tapi mereka adalah para pengusaha “WC Umum” yang sukses. Bahkan secara berkelakar, mereka adalah para Milyarder dari hasil “kencing dan Buang air besar” masyarakat Indonesia.
Ya, mereka telah melebarkan sayap usaha WC Umumnya ke sebagian besar wilayah Indonesia, terutama memang di Pulau  Jawa. Lokasi usaha mereka  terletak di sekitar Terminal, pasar, dan titik-titik keramaian publik lainnya. Dengan konsep usaha kontrak dengan pengelola fasilitas umum tersebut sebagai refresentasi pemerintah daerahnya. Biasanya kontrak dalam jangka waktu yang panjang. Boleh dibilang, Pengusaha Kiarajangkung sudah merajai usaha bisnis dalam hal pengelolaan investasi WC Umum. Dengan nilai investasi yang sudah milyaran rupiah, menyerap tenaga kerja ratusan orang, dan mempengaruhi tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat Kiarajangkung dan sekitarnya.
Sistem usaha yang dijalankan oleh Pengusaha WC umum ini alurnya sebagai berikut: Mereka berinvestasi dengan membangun fasilitas WC umum pada titik keramaian yang menurut analisa feasibilitas dan kalkulasi bisnis memungkinkan, mereka akan mengurus izin dan kerjasama dengan pemerintahan daerah setempat. Dalam pengelolaannya, biasanya ditempatkan dua orang penunggu WC Umum dengan jam kerja 12 jam dengan sistem shift. Dan pekerjanya itu pun aplusan. Sebulan di Lokasi, sebulan di kampung. Dan para penunggu WC Umum ini rata-rata memiliki tingkat kehidupan ekonomi yang baik di kampungnya.
Ternyata, dengan tarif sekali masuk WC Umum Rp. 1000, mereka mampu menggerakan ekonomi daerah (baca Kiarajangkung) dengan luar biasa. Masyarakat Kiarajangkung sudah seperti masyarakat metropolis, jangan heran, meskipun jalan kecamatan yang dilaluinya rusaknya minta ampun, namun mobil-mobil yang masuk kualifikasi mewah menjadi pemandangan biasa dari dan menuju Kiarajangkung. Disamping fakta sebagaimana diawal disebutkan, rumah-rumah mereka para pengusahanya mewah, para pekerja yang menunggu WC Umumnya juga bagus-bagus, tingkat pendidikan anak-anaknya tinggi, dan yang paling menonjol jiwa guyub sauyunan dan sosialnya juga tinggi.
Mereka membuat yayasan sosial, rutin menyelenggarakan kegiatan-kegiatan amal bagi masyarakat yang masih belum beruntung, seperti beasiswa yatim piatu, santunan jompo dan membantu ketersediaan sarana pendidikan keagamaan, sarana ibadah dan lain sebagainya.
Diantara pioneer usaha WC Umum ini adalah Alm H Nurjaman. Beliau sosok yang memulai dari nol usaha urusan ‘buang air ” ini. hingga kini mencapai ratusan titik di pulau Jawa. Usahanya tersebut diteruskan oleh sang anak H. Nur Alam. Selain itu  ada juga H. Cecep serta beberapa nama lain yang kini sudah menjadi Milyarder WC Umum. Saya termasuk orang yang Alhamdulillah berkesempatan mengenal secara baik dengan mereka. Dan cerita tentang perjalanan hidup mereka sungguh memberi pembelajaran tersendiri bagi saya. Tentu kini mereka juga melebarkan sayap dalam usaha agrobisnis, pertanian dll.
Itulah, Kiarajangkung, Kampung Milyarder WC Umum.

Membaca “Nyanyian” Pendukung Anas Urbaningrum

Ibu Ismiati Saidi adalah salah satu mantan ketua DPC Partai Demokrat yang sore tadi muncul dalam dialog di TV One. Terlepas dari pro kontra seputar gaya pemberitaan dan siapa dibelakang TV One secara politik, saya berpendapat bahwa TV One berhasil menyajuguhkan “Nyanyian” merdu mereka yang menjadi pendukung Anas Urbaningrum dalam Pemilihan Ketua Umum Partai Demokrat saat Kongres  di Bandung.
Perempuan berkerudung dengan gayanya yang khas dan polos, terlihat seperti bukan politisi yang pintar berkelit dan mengolah bahasa sebagaimana umumnya kalangan politisi,  Saya seperti melihat seorang perempuan pedagang di pasar yang jujur dan tanpa beban, saya beberapa kali dibuat tersenyum lucu, saat Bu Ismiati ini menjelaskan proses penerimaan uang dari tim suksesnya Anas Urbaningrum.Salah satunya saat menjelaskan seputar proses awal sosialisasi kandidat di daerahnya, yang menurut Ibu Ismiati ketiganya datang dalam waktu yang berbeda, dan ketiganya memberi uang transport. ” Kenapa Ibu memilih Anas Urbaningrum saat kongres lalu?” tanya host TV itu. ” Kan uang dari calon lain diluar pa Anas lebih kecil..” Ungkapnya dengan tertawa. Terus terang saya ikut tertawa ngakak.
Sama seperti teman sejawatnya mantan Ketua DPC dari Manado, dan katanya beberapa DPC lainnya di tingkat Kota/Kabupaten, kesediaan mereka dilatarbelakangi suara hati nurani yang tanpa paksaan dan pesanan dari siapapun dan pihak manapun. Karena mereka merasa sebagai manusia yang beragama, beriman/percaya. Dengan kalimat dan bahasa yang berbeda mereka mengungkapkan keprihatinannya terhadap apa yang menimpa demokrat dan juga M Nazarudin yang menurut mereka justru mengungkapkan hal yang benar, sepanjang menyangkut masalah gelontoran uang yang dialirkan pada Kongres Partai  Demokrat.
Hanya bedanya beberapa orang yang berani bersuara rata-rata sudah tidak lagi menjabat sebagai ketua DPC atau menjadi anggota legislatif Partai Demokrat, sementara para Ketua DPC lainnya bersedia membuka semua hal menyangkut politik uang dalam kongres itu kalau dilakukan dalam mekanisme internal partai. Mungkin maksudnya mereka akan berani membuka kalau dimintai penjelasan oleh Dewan Kehormatan atau apalah, yang penting internal partai.
Apa yang di “Nyanyikan” para pelaku sejarah peristiwa pembagian uang dalam arena kongres Demokrat tersebut tentu semakin membuat posisi partai demokrat, terutama kubu Anas Urbaningrum terpojok. Karena semakin membuka kotak pandora aliran uang yang diduga (sebagaimana pengakuan M Nazarudin) berasal dari PT DGI yang notabene tersangkut perkara suap dalam proyek pembangunan wisma atlet.
Jika kita membaca secara sederhana “Nyanyian” para pendukung Anas Urbaningrum tersebut, maka sebenarnya sangatlah terang benderang alur ceritanya. Kira-kira begini :
Demi memuluskan keinginannya untuk menjadi Ketua Umum Partai Demokrat, Anas dan Tim suksesnya mulai konsolidasi dan sosialisasi ke daerah-daerah. Mengumpulkan DPC-DPC tiap propinsi, menyampaikan maksudnya untuk maju sebagai Kandidat Ketum, melobi mereka agar pada waktunya mereka memilih bung Anas Urbaningrum. Pulang kedaerahnya masing-masing diberi uang, entah untuk akomodasi, transport atau apapun. Saat waktunya mereka terbang dan menginjakan kaki di Jakarta, mereka juga di “karantina”, dikumpulkan, diberi lagi uang untuk bekal ke Bandung, bahkan berangkat ke Bandungnya pun bersama. Saat di Bandung pun mereka dikawal dan “diamankan” dihotel, diberi uang lagi sama Black Bery. Pesannya tetap, Agar Ketua DPC memilih Anas Urbaningrum. Saat selesai kongres, dan Anas pun menang, mereka dikumpulkan lagi, diberi uang lagi, untuk transport pulang kembali ke daerahnya masing-masing. Hingga Total setiap DPC memperoleh 100 Juta.
Nah yang menjadi persoalan dan membuat ribut jagat perpolitikan adalah, tertangkap tangannya kasus suap Pembangunan Wisma Atlit Jakabaring palembang yang melibatkan sesmenpora Wafid Muharam dan operator lapangan PT DGI yaitu Mindo Rosalina Manulang dan Yulianis yang menyeret Petinggi Demokrat di dalamnya yaitu mantan Bendahara Umumnya M Nazarudin, Andi Malarangeng, Mirwan Amir dan Angelina Sondakh. “Nyanyian” M Nazarudin bahwa uang suap dari PT DGI itu mengalir ke arena Kongres Partai Demokrat yang disinyalir digunakan sebagai biaya pemenangan pencalonan Anas Urbaningrum.
Alurnya sangat simple sebenarnya, sumber uangnya sudah diketahui dan sedang diselidiki oleh KPK, sebagian penerimanya sudah mulai ” bernyanyi”, mengakui bahwa ada pemberian uang yang jumlahnya mencapai 100 Jt per DPC. Persoalan semua proses dan alur bagaimana pencairan uang dari sumber pertama, baik yang menyangkut “Apel Malang”, “apel Washington”, “Ketua Besar”, “Bos Besar”, hingga semua pengakuan para saksi di persidangan, pengingkaran  Angelina Sondakh dan lain-lainnya, itu hanya tergantung bagaimana penyidik KPK mampu membuktikannya menjadi sebuah BAP yang layak dibawa ke persidangan, serta disana dapat terungkap fakta-faktanya secara terang benderang. Yang salah dihukum, yang tidak bersalah ya dibebaskan. Gitu aja koq Repot!!

Lucunya Gaya dan Bahasa Komunikasi Soetan Batoegana

Diantara elit Partai Demokrat yang sering muncul di Televisi salah satunya adalah Soetan Batoegana. Soetan yang menjabat Ketua DPP Partai berlambang mercy ini termasuk sosok yang selalu siap menghadapi tawaran dialog dari TV manapun yang membicarakan seputar kegaduhan di partainya. Dia termasuk bagian dari bemper pertahanan komunikasi yang dimiliki Demokrat dalam menghadapi serangan-serangan yang mendera partai ini selama 8 bulan terakhir, selain tentu saja Bung Ruhut Sitompul, Benny Kabur Harman, Ahmad Mubarok, Andi Nurpati dan Ketua Umumnya Anas Urbaningrum sendiri. Semuanya memiliki kekhasan dalam gaya dan bahasa komunikasinya. Dan Soetan Batoegana ini menurut saya termasuk orang yang memiliki gaya dan bahasa komunikasi yang khas, yaitu “Lucu”.
Coba anda perhatikan apabila Soetan sedang berdialog dengan pengamat politik, atau sedang diwawancarai oleh wartawan televisi, anda pasti akan tersenyum sendiri. Entah karena melihat tampilan bulat wajahnya, bening kepalanya, atau melotot matanya, hingga ungkapan kata “Barang” terhadap seseorang.  Saya terus terang menulis ini karena terinspirasi saat menonton berita di salah satu televisi swasta, saat Soetan dimintai komentar seputar dipindahkannya Angelina Sondakh dari Komisi IX ke Komisi III yang menuai reaksi negatif.
Bung Soetan mengeluarkan ungkapan kurang lebih seperti ini ” Begini, barusan saya sudah bilang sama pa Jafar sebagai ketua Fraksi, bahwa dipindahkannya Anggi ke Komisi III jika menimbulkan hal-hal yang kurang baik, ya di pindahkan saja lagi ini barang, kita taruh di Komisi X saja, biar ini Barang tenang, karena disana dia akan mengurus bidang agama“. Begitulah kira-kira substansi pembicaraannya, karena saya tak sempat menulis lengkap kalimatnya. Tapi kurang lebih seperti itulah Bung Soetan berkomentar.
Saya terus terang saat itu tertawa agak keras dan lama, hingga dikomentari sang istri disamping.  Sudah beberapa kali saya mendengar, Soetan Batoegana menyebut kata “barang” terhadap seseorang.  Dulu saat mengomentari Nazarudin juga sama. Mengungkapkan kalimat dengan kata “Barang” nya sendiri sangat khas. Saya nggak tahu apakah Bung Soetan ini tadinya tukang jual beli barang lektronik, barang mebeulair, atau apa. Tapi sungguh hal itu menjadi bagian kekhasan pola komunikasi yang dimiliki oleh seorang Soetan Batoegana.
Dalam teori komunikasi, Tujuan utama komunikasi adalah bagaimana agar pesan yang disampaikan oleh communicator sampai dengan baik pada communican.  Apa yang dilakukan oleh Soetan Batoegana lumayan berhasil, gesture tubuh dan wajah, Gaya bicara, gaya bahasa, alur analisa penyampaian Bung Soetan ini lumayan mampu mengimbangi serangan-serangan pertanyaan host maupun pendapat para pengamat, terlepas apakah hal itu dapat diterima atau tidak oleh masyarakat penonton TV.  Bahkan tambahan saya, pada diri Bung Soetan ini adalah kelucuannya. Silahkan Anda menilai sendiri bagian mana titik kelucuannya tersebut.
Sebagai sebuah partai yang hari ini menjadi partai penguasa, meskipun didera berbagai kasus korupsi para kadernya, Demokrat memang memerlukan sosok kader yang mampu jadi corong komunikasi yang akan jadi penyeimbang berkelebatnya pesan komunikasi dari berbagai pihak. dari lawan politik, Pengamat hingga media. Terlepas dari pro kontra bagaimana tampilan Soetan Batoegana dalam ILC di TV One tempo hari, maka menurut saya ” Ini barang bermanfaat bagi Partai Demokrat..!”

Gunung Galunggung dan Aroma Mistis Para Pupuhu Agung

Berita meningkatnya status Gunung Galunggung dari normal (level 1) menjadi waspada (level 2) cukup membuat masyarakat yang ada di wilayah Kabupaten dan Kota Tasikmalaya terjaga. Bahwa Gunung yang sudah lebih dari 30 Tahun tertidur dengan lelapnya, kini mulai bangun dan mulai menunjukan aktifitas vulkaniknya sebagai Gunung berapi yang masih aktif.  Terjadi berbagai fenomena yang membuat instansi terkait dalam hal ini Pusat Mitigasi Bencana Geologi meningkatkan statusnya.
Diantara fenomena yang muncul sebagai pertanda terjadinya aktifitas vulkanik Gunung Galunggung tersebut adalah, Pertama, Suhu air danau kawah naik menjadi 40 derajat celcius dari sebelumnya diangka 27 derajat celcius. Kedua, terjadi perubahan warna air dari yang sebelumnya normal bening biru, menjadi berwarna kuning kecoklatan. Ketiga, muncul bualan atau gelembung-gelembung air. Keempat, Ikan-ikan didanau terlihat mulai lemas, Kelima, terdeteksi dengan jelas melalui alat yang ada di pusat pemantauan aktifitas gunung galunggung adanya getaran  vulkanik, sejak tanggal 1-31 Januari 2012 terjadi hingga 16 kali gempa, dan sejak tanggal 1-11 Februari 2012 tercatat 11 kali gempa vulkanik. yang Keenam, Bau belerang tidak tercium. Itulah informasi sebagaimana disampaikan oleh Heri Supartono petugas pos pengamatan Gunung Api Galunggung PVMBG.
Sebagaimana di ketahui, Gunung Galunggung merupakan salah satu gunung berapi yang ada di wilayah Kabupaten Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat. Letaknya berada di Kecamatan Sukaratu. Gunung ini tercatat telah mengalami erupsi sebanyak empat kali, yakni tahun 1882, 1894, 1918 dan terakhir kali erupsi pada Tanggal 5 April 1982 hingga 8 Januari 1983, yang berlangsung selama 9 bulan.  Erupsi waktu itu sampai menghasilkan tinggi kolom asap hitam pekat hingga mencapai setinggi 10 km, selain itu pula telah membentuk danau kawah di puncak dengan luas 1000 m dan kedalaman 11 m, dengan volume air lebih dari 750 meter kubik.
Saya sendiri saat meletus tahun 1982 tersebut masih berumur 6 tahun, tapi masih dapat mengingat bagaimana rumah saya yang berjarak sekitar 30 Km dari Gunung Galunggung, atap rumah penuh dengan abu vulkaniknya. Bahkan katanya abu vulkanik Gunung Galunggung ini sampai juga ke Jakarta bahkan Australia. erupsi tahun 1982 tersebut memang termasuk erupsi paling dahsyat dalam sejarah meletusnya Gunung Galunggung, hingga tidaklah heran jika masyarakat di sekitarnya baik yang berada di wilayah Kecamatan Sukaratu, Padakembang dan Cisayong merasakan betul penderitaannya, hujan batu, longsoran lahar, yang meluluhlantakan tempat tinggal mereka. Meskipun sesudahnya mereka juga mendapatkan berkah dari pasir galunggung yang menjadi sumber ekonomi kehidupan mereka. Karena pasir galunggung memiliki kualitas baik, hingga pemasarannya mencapai Jakarta.
Namun ada beberapa cerita spiritual dan mistis yang terjadi dalam peristiwa meletusnya Gunung Galunggung waktu itu, salah satunya terdapat sebuah mesjid di daerah Kikisik Sukaratu, yang luput dari ganasnya aliran lahar Gunung Galunggung. Jika hampir semua rumah penduduk di daerah itu tersapu oleh alira lahar panas, maka saat melewati mesjid itu, aliran lahar berbelok, tak menimpa bangunan mesjid tersebut. Termasuk menurut kabar seorang sesepuh agama didalamnya juga ikut selamat. Kabar itu cukup populer di kalangan masyarakat Tasikmalaya.
Selain itu, Tahukah anda bahwa di sekitar wilayah Gunung Galunggung itu ada sebuah tempat yang biasa digunakan ritual tertentu oleh para pupuhu agung. Ada kabar bahwa petinggi daerah disini menjadikan kekuatan spiritual dan mistis Gunung Galunggung ini sebagai back up kekuatan dirinya dalam memimpin daerah. Bahkan saya pernah kedatangan bapak angkat saya yang orang Jakarta, beliau memiliki link dengan istana, saat mampir ke gubuk saya, beliau pernah mengungkap bahwa Mantan Presiden Suharto hingga SBY pun pernah melakukan ritual mistis di tempat tertentu di sekitar Gunung Galunggung. Meskipun katanya kedatangannya amat sangat rahasia dan tak pernah diketahui publik. Tapi sebagian kalangan militer di daerah ini ada yang tahu, karena mereka ikut mengkondisikan.
Saya terus terang cukup terperangah mendengar informasi tersebut, tapi terlepas benar atau tidaknya, sebagai orang asli daerah Tasikmalaya, saya cukup mengerti dan memahami seputar sisi spiritual dan mistis gunung galunggung ini, karena memang selalu ada sisi seperti itu dalam setiap perbincangan di tingkat penduduk sekitarnya. Bahkan salah satu penyebab bahwa katanya orang Tasik suka disegani jika datang ke tempat-tempat perantauan, karena ada pesona mistis kejawaraan Galunggung itu. Tapi entahlah.
Kalaupun hal itu benar ada, maka terjaganya Gunung Galunggung dari tidur panjangnya ini, hendaknya disikapi secara wajar dan proporsional. Mungkin memang begitulah siklus alamiah yang namanya gunung berapi yang memang berstatus aktif. Namun hendaknya hal itu juga menjadi dasar bagi kita selaku manusia beriman, bahwa dengan semakin menunjukan geliatnya gunung2 berapi di Indonesia, akan semakin menyadarkan hakikat kehidupan kita. Bahwa alam menunjukan tanda-tanda, Apakah ini berhubungan pula dengan peringatan Tuhan agar kita senantiasa eling lan waspada, agar kita tak terus menerus dalam gelimang maksiat dan dosa, serta melupakan kodrat penghambaan kita pada sang Khalik?
Karena dalam salah satu ayatnya Tuhan berfirman “ Dan dari Onta bagaimana Ia diciptakan, bagaimana langit ditinggikan, bagaimana Gunung-gunung ditancapkan, bagaimana Bumi dihamparkan…Fadzakkir..!!”

Kecelakaan Angkutan dan Pungli 25 Trilyun


13292970621888926642
ilustrasi/admin(tribunnews.com)
Rentetan kecelakaan angkutan terus terjadi. Diawal tahun 2012 ini lebih dari 10 kejadian kecelakaan armada angkutan bus yang mengakibatkan puluhan nyawa melayang, dan ratusan korban lainnya luka dan berbagai kerugian materi lainnya. Amatlah miris dan membuat kita merinding, disaat angkutan publik harus dituntut menjadi pilihan. Apa yang sebenarnya terjadi, apakah faktor armada? human error? ataukah kesemrawutan manajemen angkutan yang dilakukan oleh pemerintah, berkaitan dengan sarana dan prasarana jalan dan berbagai atribut keselamatan jalan lainnya, semisal kurangnya sarana atraffic light dijalan, atau lemahnya pengawasan dalam hal pemeriksaan kelaikan jalannya armada angkutan.
Berikut ini beberapa kejaduian kecelakaan lalu lintas yang melibatkan angkutan bus yang saya peroleh dari beberapa sumber (beritasatu.com dan tempo.com):
Tanggal 1 Januari 2012, Enam orang tewas seketika dalam kecelekaan Bus Sumber Kencono yang terguling akibat menghindari sepeda motor. Selain korban tewas, kecelekaan yang terjadi di Jalan Raya madiun-Surabaya (KM 155-156), desa Jeruk Gulung, Kecamatan Balarejo ini mengakibatkan lima penumpang luka berat dan 18 luka ringan.
Tanggal 9 Januari 2012, Lima orang tewas dan dua luka-luka setelah mobil Carry dengan nomor polisi H 9488 WY bertabrakan dengan Bus Rajawali di jalur Semarang-Bawen.
Tanggal 1 Februari lalu, bus Maju Jaya, Z 7761 A, masuk jurang di bagian kiri turunan jalan tanjakan Cae, Kabupaten Sumedang. Sebelum masuk ke jurang, bus sempat menabrak bagian belakang truk colt diesel E 8705 YA. Kecelakaan yang terjadi sekitar pukul 16.15 itu menewaskan 12 orang dan 31 mengalami luka-luka.
Tanggal 1 Februari 2012, Dua orang tewas dalam kecelakaan Bus Sumber Kencono yang bertabrakan dengan Honda Accord bernopol AG 1663 L di jembatan Glodok, Karangrejo, Magetan, Jawa Timur. Kecelakaan ini membuat bus terpental ke kali Glodok setelah menabrak beton pengaman jembatan.
Tanggal 9 Februari 2012, Bus Karunia Bhakti diduga rem blong sehingga menghantam 12 kendaraan di depannya termasuk satu bus Doa Ibu. Sebanyak 14 orang meninggal dunia, 47 orang luka-luka, 10 diantaranya kritis. Korban meninggal dievakuasi di RS Paru Cisarua dan korban luka selain dirawat di RS Paru juga di rujuk ke RS Ciawi dan RS PMI Bogor.
Rentetan peristiwa kecelakaan armada angkutan tersebut tentu menimbulkan berbagai pertanyaan, kesedihan dan kerugian material dan immaterial yang luar biasa, terutama bagi masyarakat pengguna yang menjadi korbannya. Diantara mereka mungkin ada yang kehilangan ayah ibunya, saudaranya, suami atau istrinya, atau anak tersayangnya. Mungkin juga aada diantara mereka yang menjadi cacat seumur hidup, dan lebih jauhnya lagi tak mampu bekerja dan mencari nafkah untuk anak istri kedepannya.
Minimnya Pemeliharaan Armada dan Pungli 25 T
Ternyata, ada sesuatu dibalik fakta rentetan kejadian kecelakaan tersebut, pengakuan hasil survei yang dilakukan Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) reseach center yang menunjukan potret besarnya pungli yang harus dikeluarkan para pengusaha angkuta. Besarnya sungguh pantastis, 25 Trilyun setahun. Angka itu menunjukan prosentase pengeluaran yang rata-rata harus dikeluarkan oleh pengusaha angkutan tersebut sebesar 25 persen dari pendapatannya.
Tingginya angka Pungli ini disinyalir berpengaruh terhadap anggaran perbaikan armada yang dimiliki pengusaha tersebut, selain itu pula membuat para sopir dituntut untuk mengejar setoran yang tinggi guna mengimbangi beban pengusaha tersebut. Oleh karenanya hal ini berdampak pula pada tingkat kebugaran supir dalam membawa kendaraan, mereka terpaksa kurang tidur, dan menjalankan kendaraan dalam keadaan lelah.
wow lengkaplah sudah..! Disatu sisi anggaran pemeliharaan armada tidak dikeluarkan maksimal, maka jangan heran banyak rem yang blong, atau stir bus yang patah, atau berbagai kendala teknis lainnya yang ikut berperan mengakibatkan terjadinya kecelakaan angkutan di jalan raya. Ditambah lagi beban fisik dan setoran sang sopir yang terpaksa dan dipaksa membawa kendaraan yang tidak prima, dan tekanan storan yang besar, sehingga itu tadi berpengaruh pada tingkat kehati-hatian sang sopir dalam menjalankan kendaraannya.
Bayangkan..! pengusaha angkutan dipunguti secara liar setahun 25 trilyun. Informasi yang dihimpun dari penelitian HIPMI research centre tersebut, Pungli itu rata-rata dilakukan oleh Dinas terkait, Aparat, dan Ormas yang bergaya ala preman. Sungguh mengerikan!.
Pantas kiranya jika kondisi angkutan kita saat ini begitu carut marut. Seakan tak pernah berhenti kecelakaan terjadi, baik di darat, laut dan udara. Disinilah letak pangkal masalahnya. Terlalu banyaknya cost pungli !. Saatnya hasil survei itu dijadikan bahan oleh pemerintah agar menertibkan semuanya. Jangan sampai rakyat harus terus jadi korban, hanya gara-gara praktik korupsi berlabel Pungli…!

Menjadi Pribadi yang Bermanfaat dengan Menulis

Saya pernah menerima kritik dan komplain dari seorang sahabat, bahwa saya terlalu lebay dan bawel dengan banyak membuat status di Facebook. Namun tak sedikit pula teman di FB yang mengapresiasi percikan pemikiran dan perasaan yang saya tuangkan melalui media tersebut, minimal mendapat jempol atau tanggapan yang ikut menambah mozaiknya. Meski dalam bentuk tulisan pendek, hanya satu dua kalimat atau paragraf saja. Namun saya menyadari bahwa terkadang  status FB saya merupakan inti dari ide yang muncuk di kepala atau refleksi pemikiran dan perasaan terhadap apa yang dijalani, apa yang dilihat, didengar dan dirasakan.
Seiring Perjalanan waktu, saya mulai berfikir untuk lebih mengeksplorasi ide dan gagasan dari pertemuan dengan peristiwa dan bacaan apapun dari realitas yang saya lihat, saya dengar dan saya rasakan tersebut. Saya mulai berfikir untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan yang lebih panjang. Perkenalan dengan Kompasiana di penghujung bulan Januari 2012 lalu menjadi momentum awal bagi saya untuk membuat sebuah kanal aliran ide dan gagasan tersebut melalui tulisan.
Saya beruntung dapat membaca dan berteman dengan para penulis hebat di Kompasiana, yang menjadikan Kanal Kompasiana sebagai ajang mengasah kemampuan menulisnya, hingga mereka telah berhasil menjadi para penulis best seller, seperti Bung Julianto Simanjuntak, Mba Ira Oemar, dan banyak lagi. Di Kompasiana juga kita banyak menemukan berbagai gaya penulisan dan dzauqul lughoh atau rasa bahasanya. Ada yang renyah, ada pula yang rigid. Ada yang mengalir, detail dan runtut. adapula yang provokatif dan tajam. Semuanya merupakan cermin besar yang dapat menjadi batu asah untuk mempertajam pisau analisis tulisan,  memperindah bentuk dan tampilan tulisan dari ide dan gagasan kita, sehingga menjadi tulisan yang melekat khas sebagai karakter dan gaya menulis kita.
Satu hal yang saya yakini kebenarannya, Bahwa kegiatan menulis ini bermanfaat. Menulis merupakan bagian dari ikhtiar diri untuk ikut memberi kemanfaatan bagi teman sejawat dan manusia pada umumnya. Cita-cita tertinggi saya bukan ingin jadi Presiden atau pun pejabat negara yang berlimpah fasilitas mewah. cita-cita saya hanya ingin menjadi pribadi yang banyak memberi manfaat, yang memenuhi kualifikasi sebagai bentuk amal shaleh saya, yang akan menjadi bekal hakiki saya dalam kehidupan abadi kelak di alam pasca kematian. Dan menulis adalah salah satu sub divisi proyek kehidupan amaliah tersebut.
Jika dalam dakwah selama ini hanya identik dengan Speech, Pidato dan tabligh Akbar, apalagi disertai teriakan-teriakan agitasi dalam kerumunan jama’ah. Maka sebenarnya dakwah itu ada medium lain. bahwa ada tiga model dakwah yang dapat difungsikan sebagai pencerahan. Pertama, Pencerahan melalui komunikasi verbal, dalam podium dan mimbar-mimbar.  Kedua, Pencerahan melalui tulisan, dalam berbagai medianya, baik media cetak, buku, media sosial dan sejenisnya, dan Ketiga,  Pencerahan melalui Tindakan, Aksi nyata yang menunjukan sebuah contoh tindakan baik yang bermanfaat bagi skala umum masyarakat.
Menulis adalah merekam sejarah. Menulis merupakan tindakan merangkai mozaik berbagai fenomena dan berseliwerannya gagasan, upaya memotret realitas sosial agar dapat disuguhkan dalam bentuk keadaban ilmu. Menulis akan memberi warisan peradaban dalam skala waktu yang panjang. Bukankah apapun yang kita ketahui hari ini berawal dari ketersediaan tulisan mereka kalangan ilmuwan tercerahkan? Meskipun ditulis dalam medium lembaran dedaunan, media kulit binatang , hingga pahatan bebatuan.
Khairunnaas Anfa’uhum Linnaas. Sebaik-baik manusia adalah Dia yang paling banyak memberi manfaat bagi manusia yang lainnya. Menjadi pribadi yang banyak memberi manfaat bukan pekerjaan mudah, kebanyakan dari kita cenderung selalu ingin merasakan manfaat dari orang lain. Patologi pribadi manusia adalah syahwatnya yang selalu ingin diberi, ingin dipenuhi segala kebutuhannya, selalu ingin orang lain yang memberi sesuatu pada dirinya. Selalu menempatkan tangannya dibawah. Padahal, menjadi pribadi yang bermanfaat, selalu ingin memberi manfaat, selalu menempatkan tangannya diatas, Meupakan pribadi yang akan dan telah dipilih Tuhan untuk menjadi pengelola kehidupan alam semesta raya ini.
Karena pribadi manusia yang seperti itulah yang akan mampu mengungkap berbagai rahasia maha luasnya anugrah dan karunia Tuhan di alam ini. Karena pribadi seperti itulah yang telah dibekali oleh Tuhan kekayaan ilmu dan hikmah serta kreatifitas, sehingga tangan dan kakinya, hati dan akalnya, akan menjadi lentera kehidupan bagi sesama.
Selamat menulis, dan Semoga terus dapat memberi manfaat.

Sya’ir Cinta Gus Dur

Sebulan ini saya sedang menikmati  senandung syi’iran Gus Dur yang saya peroleh secara tidak sengaja melalui dunia maya. Sebuah video yang menyajikan lantunan syi’iran berbahasa Jawa yang dibacakan Gus Dur dalam sebuah acara pengajian. namun sayang karena gapteknya saya, saya tak bisa menguploadnya disini. silahkan di search saja sebagaimana judul diatas.
Syi’iran tersebut  mengupas seputar nilai-nilai ideal dalam sikap keberagamaan kita dan fenomena yang terjadi selama ini, kaitannya dengan Keimanan kepada Tuhan, Kitab Suci, Kecintaan kepada Rasululloh, Sikap dan prinsip hidup sebagai seorang pribadi dan bagaimana tata etika sosial, selain itu pula syi’iran Gus Dur mengupas  keyakinan pada Takdir Tuhan, hingga Akhir kehidupan kita selaku hamba. Mendengarkannya terus terang membuat saya ingin terus memutar ulang, menelaah kedalaman isinya, membuat saya semakin melihat betapa sayang dan pedulinya Gus Dur pada ummat, khususnya mereka orang-orang kecil. Bagaimana menciptakan tatanan kebaikan individual dan social dalam kacamata spiritual. Berikut terjemahan bebas dari syi’iran Gus Dur tersebut.
Sya’ir Cinta Gus Dur diawali dengan permintaan pengampunan Pada Allah SWT atas segala kesalahan dan dosa selaku manusia, dan meminta pertambahan Ilmu yang bermanfaat yang disertai semangat untuk menjalankan amal sholeh dengan ilmunya. Pada sisi ini, saya melihat bahwa setiap manusia tak ada yang sempurna, manusia adalah manusia, bukan malaikat juga bukan syetan. Karakter manusia selalu berada pada titik dimana ada salah dan benar yang kita lakukan. Merasa diri tak pernah berbuat salah, merasa diri paling benar adalah kesombongan yang nyata. Bahkan sikap sombong dan takabur itu merupakan bentuk kemusyrikan. karena yang berhak sombong dan takabur hanyalah Allah semata.
Gus Dur mengajak kita semua untuk mengaji, untuk terus belajar ilmu agama dan ilmu lainnya, tidak hanya syari’at atau hukum saja, yang hanya pinter bercerita, menulis dan membaca, yang nantinya hanya akan membuat hidup sengsara. Banyak yang hapal Qur’an dan hadist, senangnya mengkafirkan orang lain,  sementara kekafirannya sendiri tak terperhatirkan. Itu pertanda hati dan akalnya masih kotor. Orang seperti itu mudah tertipu nafsu angkara, dengan segala gemerlapnya dunia, iri dan dengki dengan apa yang dimiliki saudaranya, hatinya gelap dan nista.
Oleh karenanya, Gus Dur mengingatkan kita untuk jangan lupa mengaji, untuk belajar ilmu dengan segala tingkatannya, agar kita memiliki ketebalan iman, keluasan wawasan, yang akan menjadi sebaik-baiknya bekal, dan memuliakan saat kematian kita. Menurut Gus Dur, orang yang disebut baik itu adalah dia yang memiliki hati yang baik, karena ilmunya mumpuni dalam segala hal, termasuk hakikat dan makrifatnya.
Gus Dur mengajak kita semua untuk menancapkan Ajaran Al-Qur’an, sebagai wahyu qodim yang mulia, yang tanpa ditulis namun bisa dibaca. Al-Qur’an sebagai Mukzijat Rasul nan agung, yang harus senantiasa menempel dalam hati dan pikiran, merasuk kedalam seluruh badan yang menjadi pedoman, sebagai jalan bagi mantapnya keimanan.
Gus Dur juga mengajarkan kita agar senantiasa mendekat pada Tuhan dalam setiap waktu, baik siang maupun malam. Semua bisa dilatih dan dibiasakan melalui praktik dzikir. Karenanya hidupnya akan merasa aman, nyaman dan tentram, sebagai pertanda iman. Dia senantiasa sabar menerima meskipun hidup dalam keadaan pas-pasan, karena semuanya tak dapat dilepaskan dari takdirnya Tuhan.
Dalam kehidupan social, kita harus rukun dengan saudara, teman maupun tetangga, tak boleh bertikai, karena itu ajaran Rasul Muhammad yang mulia, yang harusnya menjadi tauladan kita semua.
Jika kita semua melakukan itu semua, maka Allah lah yang akan mengangkat derajatnya, meskipun secara dhohir kelihatannya rendah, namun sesungguhnya dia memiliki maqom yang mulia. Jika dia meninggal pada akhirnya, maka ruh dan sukmanya tak akan kesasar. Allah akan menyediakan surge tempatnya kembali. Jasadnya akan utuh begitu juga kain kafan yang menyelimutinya.
Catatan :
Syi’iran Gus Dur diatas menjadi bahan refleksi bagi kita semua yang mengaku beriman, agar senantiasa memiliki sikap keberagamaan yang penuh cinta kasih, yang didasari oleh kedalaman ilmu yang tidak hanya Syari’at, tapi juga kedalaman hakikat dan makrifat terhadap Tuhan. Orang mengaku Islam yang merasa benar sendiri, yang seenaknya menyalahkan paham orang lain, mengkafirkan orang lain, mengintimidasi manusia yang lain, membuat keonaran, kerusakan, dan ketakutan terhadap Islam, mengganggu tatanan social kemasyarakatan, menunjukan kedangkalannya dalam memahami keagungan ajaran Islam. Seakan-akan bahwa tiket surga itu bisa diperoleh dengan cara-cara seperti itu, padahal Sehebat apapun ibadah syari’at, pintu surga hanya akan terbuka jika Allah SWT ridlo kepada kita. Baiknya hubungan kita dengan Allah, dengan sesama saudara seiman, sesama saudara sebangsa, dan sesama saudara sebagai manusia, merupakan pertanda kedalaman Ilmunya.