Betapa menentukannya niat. Sebuah ritual ibadah dalam agama saya
Islam, menempatkan niat dalam posisi menentukan sah tidaknya ritual
tersebut. Niat juga menentukan apakah apa yang kita lakukan memiliki
value atau tidak, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam jargon Bang
Napi saja, niat selalu di muncul bersamaan dengan kesempatan, terkait
sebuah kejahatan. Bahwa kejahatan itu bisa terjadi karena adanya niat
dan kesempatan..!
Benar tidaknya ungkapan Bang Napi tadi memang perlu pendalaman lebih
lanjut. Hanya saja secara sederhana jika seseorang memiliki niat untuk
melakukan kejahatan, apabila sudah tersedia kesempatan, maka kloplah
sudah. Tapi boleh jadi pula meskipun tak ada niat, tapi dihadapan ada
kesempatan, bisa juga terjadi. Atau jika ada niat tak ada kesempatan,
mungkin saja niatnya tak kesampaian.
Dalam teologi agama, sebuah niat baik, kalau dilakukan akan mendapatkan
pahala, Tapi jika sebuah niat jahat tidak dilakukan, dia akan
mendapatkan pahala, kalau dikerjakan berdosa. Dalam hidup, semua diukur
berdasarkan niatnya. Niat merupakan bisikan dan konsentrasi hati ketika
akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Niat sangat dipengaruhi
oleh “isi hati dan kepalanya”. Jika bisikan malaikat yang datang, niat
dalam hatinya akan baik. Jika bisikan syetan yang menguasai, hati dan
fikirannya akan mengarah pada kekotoran dan kejahatan.
Penting kiranya untuk senantiasa memelihara lurusnya niat. Dalam hidup,
tanamkan sedari awal akan bahasa hati niat kita menjalani hidup. Apakah
niat kita hidup semata memenuhi kebutuhan perut, bawah perut, atau atas
perut? betapa rugi dan celakanya hidup seseorang yang hidupnya
semata-mata diniatkan untuk mencari uang, uang, dan uang (harta
kekayaan), hanya menggunakan paradigma materialisme semata. Padahal apa
yang kita masukan dalam perut, besok pagi pasti kita buang lagi tanpa
sesal, apa yang kita nikmati dari bawah perut, yaa rasanya hanya
gitu-gitu saja, paling banter jadi anak. Tapi memperjuangkan diatas
perut (hati) akan lebih bermakna.
Kebaikan hidup yang kita jalankan, apapun itu, jika dibarengi niat yang
baik “Terutama karena Allah SWT”, oleh karenanya mengapa para ustadz
sering mengungkapkan makna pentingnya kalimat “Bismillah..”, maka
semuanya akan bernilai amal kebaikan. Menulis, Mencangkul bagi petani,
berdagang di pasar, mengajar, bekerja apapun, selama disertai niat
“mencarai ma’isyah demi anak istri karena Allah” maka itu akan jadi
ladang amal kita.
Niat harus dilekatkan dengan kesempatan. jangan menggantungkan niat !
Karena waktu tak mengenal kata tunggu, saat hidup, kesehatan, saat muda,
saat kaya, saat memiliki kesempatan, pergunakan niat baik itu pada saat
itu juga, jangan menunggu nanti saat kita sudah sakit, miskin, tua,
sibuk dan mati.
Niat para pemimpin bangsa ini untuk memperbaiki keadaan carut marutnya
negeri, harusnya tak boleh berhenti karena adanya kompromi. Jangan
sampai ada kalimat, ” kalau niat mah sebenarnya para pemimpin bangsa
kita itu bisa koq beresin kusutnya bangsa ini”. kesimpulannya berarti
mereka nggak ada niat buat melakukan sesuatu yang sifatnya memperbaiki
keadaan.
Kalaupun mungkin ada niat , tapi ada “kesempatan” yang mengganggu niat
awal yang baik itu sehingga malah terjebak pada keadaan yang tidak baik
akhirnya. Niat baik memimpin bangsa dan negara untuk menegakkan hukum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudkan kesejahteraan umum, tapi
karena kekuasaan memberi kesempatan untuk melakukan keculasan dan
kekurangan ” Korupsi”, maka akhirnya niat itu lari tunggang langgang
dari nurani mereka.
Maka tak heran duit rakyat menguap Trilyunan entah kemana, penjara
semakin sesak, kehidupan serasa tidak barokah. Bencana terus melanda,
penderitaan tak henti mendera. Jika tak ada lagi ruang hidup yang
memungkinkan menyatunya niat baik dan kesempatan baik demi
sebanyak-banyaknya berbuat kebaikan, Maka perut bumi lebih baik daripada
permukaan bumi. Dan sudah menjadi satu kepastian, bahwa sang pemisah
nikmatnya kehidupan senantiasa mengintai kita..Dan tak ada apapun yang
kita bawa selain selembar kain kafan dan amal shaleh kita sebagai bekal.
Mari Benahi Niat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar