Selasa, 28 Februari 2012

Benarkah Kejahatan Terjadi karena Adanya Niat dan Kesempatan?

Betapa menentukannya niat. Sebuah ritual ibadah dalam agama saya Islam, menempatkan niat dalam posisi menentukan sah tidaknya ritual tersebut. Niat juga menentukan apakah apa yang kita lakukan memiliki value atau tidak, baik di dunia maupun di akhirat. Dalam jargon Bang Napi saja, niat selalu di muncul bersamaan dengan kesempatan, terkait sebuah kejahatan. Bahwa kejahatan itu bisa terjadi karena adanya niat dan kesempatan..!
Benar tidaknya ungkapan Bang Napi tadi memang perlu pendalaman lebih lanjut. Hanya saja secara sederhana jika seseorang memiliki niat untuk melakukan kejahatan, apabila sudah tersedia kesempatan, maka kloplah sudah. Tapi boleh jadi pula meskipun tak ada niat, tapi dihadapan ada kesempatan, bisa juga terjadi. Atau jika ada niat tak ada kesempatan, mungkin saja niatnya tak kesampaian.
Dalam teologi agama, sebuah niat baik, kalau dilakukan akan mendapatkan pahala, Tapi jika sebuah niat jahat tidak dilakukan, dia akan mendapatkan pahala, kalau dikerjakan berdosa. Dalam hidup, semua diukur berdasarkan niatnya.  Niat merupakan bisikan dan konsentrasi hati ketika akan melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Niat sangat dipengaruhi oleh “isi hati dan kepalanya”. Jika bisikan malaikat yang datang, niat dalam hatinya akan baik. Jika bisikan syetan yang menguasai, hati dan fikirannya akan mengarah pada kekotoran dan kejahatan.
Penting kiranya untuk senantiasa memelihara lurusnya niat. Dalam hidup, tanamkan sedari awal akan bahasa hati niat kita menjalani hidup. Apakah niat kita hidup semata memenuhi kebutuhan perut, bawah perut, atau atas perut? betapa rugi dan celakanya hidup seseorang yang hidupnya semata-mata diniatkan untuk mencari uang, uang, dan uang (harta kekayaan), hanya menggunakan paradigma materialisme semata. Padahal apa yang kita masukan dalam perut, besok pagi pasti kita buang lagi tanpa sesal, apa yang kita nikmati dari bawah perut, yaa rasanya hanya gitu-gitu saja, paling banter jadi anak. Tapi memperjuangkan diatas perut (hati) akan lebih bermakna.
Kebaikan hidup yang kita jalankan, apapun itu, jika dibarengi niat yang baik “Terutama karena Allah SWT”, oleh karenanya mengapa para ustadz sering mengungkapkan makna pentingnya kalimat “Bismillah..”, maka semuanya akan bernilai amal kebaikan. Menulis, Mencangkul bagi petani, berdagang di pasar, mengajar, bekerja apapun, selama disertai niat “mencarai ma’isyah demi anak istri karena Allah” maka itu akan jadi ladang amal kita.
Niat harus dilekatkan dengan kesempatan. jangan menggantungkan niat ! Karena waktu tak mengenal kata tunggu, saat hidup, kesehatan, saat muda, saat kaya, saat memiliki kesempatan, pergunakan niat baik itu pada saat itu juga, jangan menunggu nanti saat kita sudah sakit, miskin, tua, sibuk dan mati.
Niat para pemimpin bangsa ini untuk memperbaiki keadaan carut marutnya negeri, harusnya tak boleh berhenti karena adanya kompromi.  Jangan sampai ada kalimat, ” kalau niat mah sebenarnya para pemimpin bangsa kita itu bisa koq beresin kusutnya bangsa ini”. kesimpulannya berarti mereka nggak ada niat buat melakukan sesuatu yang sifatnya memperbaiki keadaan.
Kalaupun mungkin ada niat , tapi ada “kesempatan” yang mengganggu niat awal yang baik itu sehingga malah terjebak pada keadaan yang tidak baik akhirnya. Niat baik memimpin bangsa dan negara untuk menegakkan hukum, mencerdaskan kehidupan bangsa, mewujudkan kesejahteraan umum, tapi karena kekuasaan memberi kesempatan untuk melakukan keculasan dan kekurangan ” Korupsi”, maka akhirnya niat itu lari tunggang langgang dari nurani mereka.
Maka tak heran duit rakyat menguap Trilyunan entah kemana, penjara semakin sesak, kehidupan serasa tidak barokah. Bencana terus melanda, penderitaan tak henti mendera. Jika tak ada lagi ruang hidup yang memungkinkan menyatunya niat baik dan kesempatan baik demi sebanyak-banyaknya berbuat kebaikan, Maka perut bumi lebih baik daripada permukaan bumi. Dan sudah menjadi satu kepastian, bahwa sang pemisah nikmatnya kehidupan senantiasa mengintai kita..Dan tak ada apapun yang kita bawa selain selembar kain kafan dan amal shaleh kita sebagai bekal.
Mari Benahi Niat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar