Rabu, 01 Februari 2012

Hari Pers Nasional, Quo Vadis Pers Indonesia

Menjelang puncak Hari Pers Nasional 9 Februari 2012 yang akan dilangsungkan di Provinsi Jambi, Ada harapan besar yang dititipkan pada insans pers, juga ada bisik kekhawatiran. Memang selalu ada dua sisi yang berbeda, positif dan negatif.
Sisi positifnya, Apa yang kita saksikan hari ini dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hampir setiap hari kita disuguhi tontonan dan bacaan seputar korupsi yang melanda Eksekutif, Legislatif, dan yudikatif sekaligus. Semua pranata ketatanegaraan hari ini sudah banyak terkontaminasi oleh praktik-praktik tidak terpuji yang dilakukan oleh (mungkin) oknum. Namun kini kecenderungannya sudah mulai sistemized, dan tanpa tedeng aling-aling lagi. Angka kebocorannya sungguh fantastis, Satu orang Nazarudin saja sudah berada di kisaran 6 Trilyun lebih dari beberapa departemen yang ada. Bayangkan kalau ada nazarudin-nazarudin lain, ada Urip TG lain, Ada Rekening gendut Polri, rekening Gendut PNS dan lain sebagainya, Berapa Total kerugian negara yang masuk ke kantung orang-orang tersebut?
Jasa media lah hari ini yang berhasil membongkar kasus-kasus tersebut, telah memberitakan kondisi luar biasa yang dialami rakyatnya diberbagai pelosok negeri dan menyampaikannya kepada publik secara konsisten. Secara terus menerus, sehingga rakyat ikut tercerahkan dan terbuka pandangannya tentang kondisi kritis yang dialami bangsa ini. Dari sisi ini, pers telah menjalankan peran pengawasannya dengan sangat baik, bahkan mengambil fungsi Controling yang melekat dalam diri para Anggota Dewan Yang terhormat.
Lihat contoh kasus-kasus  hukum yang tadi penulis sebutkan, contoh kejadian luar biasa yang dialami rakyat sebagaimana kasus jembatan ala indiana jones di Lebak Banten, Kasus Panti Jompo di Sulawesi yang penghuninya kelaparan dan dikasih makanan basi, kasus anggaran pembangunan Gedung DPR RI, renovasi ruangan banggar, fasilitas karaoke di gedung dewan dan macam-macam bentuk salah urus dan absurditas para pemegang kebijakan di republik ini
Pers yang bebas, mandiri terbebas dari intervensi negara, adalah pers yang menyuarakan denyut dan nafas rakyat. Pers bertanggungjawab itu, adalah pers yang memiliki simpaty dan emphaty terhadap masyarakat, terhadap perbaikan keadaan, terhadap perubahan yang harus digerakan secara terus menerus. Hanya kepada pers masyarakat menitipkan suaranya untuk disampaikan kepada para pihak pemangku kepentingan dan pemegang kebijakan, disaat wakilnya tak lagi sanggup mendengar dan melihat. Disaat pemerintahnya tak lagi merasakan deritanya, Pers lah wasilah rakyat untuk menyuarakan suara Tuhannya. vox populi vox dei, Suara rakyat yang merupakan suara Tuhan.
Inilah yang saya maksudkan sisi positif, sisi yang memungkinkan kita selaku rakyat boleh mengatakan bahwa " Kita masih punya harapan".
Namun demikian dari sisi lain, kita juga mulai menyaksikan virus politik yang melanda insan pers. Fakta akan pengaruh kapitalisme yang menjerat kalangan pers. Kita menyaksikan adanya pengaruh yang sangat kuat secara politik dari pemiliknya. Contoh misalnya di dunia pertelevisian, bagaimana pertarungan antara Metro TV, TV One, dan MNC Group.
TV One memang sangat kritis menyikapi berbagai hal, tapi kalau menyangkut urusan Ical sang Bos sebagaimana kasus lumpur lapindo, maka tak terlihat pemberitaannya, mungkin kalau kasus itu bukan menimpa bosnya, akan habis-habisan di kupas tuntas. Sementara Metro TV dan MNC Group sekarang sangat kentara menjadi corong Partai Nasdem, karena big bos nya yaitu Surya Paloh dan Harry Tanusudibyo menjadi bagian dari petinggi Nasdem. Begitu pula yang terjadi di pers cetak, tak jauh beda rasanya.
Dari sisi ini kita melihat sisi negatif yang cukup membuat kita prihatin. Oleh karenanya, penting kiranya momentum Hari Pers Nasional tahun 2012 ini dijadikan sarana untuk merefleksikan peran-peran strategis pers dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan semata-mata mencerminkan suara rakyat. Bukan hanya suara Kapitalisme dan sahwat politik para pemiliknya.
Sebagai Pilar keempat Demokrasi, Hanya tinggal kekuatan pers yang kita punya. pilar lainnya sudah redup dan gelap. Bahkan sebagian pengamat memerlukan langkah dramatis dalam bentuk Revolusi, baik secara hukum, politik, pemerintahan. Karena Reformasi sudah misleading dan kehilangan bentuk dan momentumnya.
Kini, melalui HPN 2012, Kita titipkan asa, Untuk menjadi lokomotof pembenahan 3 pilar demokrasi lainnya, sehingga Republik ini bisa terselamatkan. Dan mampu tegak berdiri sebagai sebuah bangsa beradab dan bermartabat diantara bangsa-bangsa lainnya di dunia.
Selamat Hari Pers Nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar