Menjelang puncak Hari Pers Nasional 9 Februari
2012 yang akan dilangsungkan di Provinsi Jambi, Ada harapan besar yang
dititipkan pada insans pers, juga ada bisik kekhawatiran. Memang selalu ada dua
sisi yang berbeda, positif dan negatif.
Sisi positifnya, Apa yang kita saksikan hari ini
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, hampir setiap hari kita disuguhi
tontonan dan bacaan seputar korupsi yang melanda Eksekutif, Legislatif, dan
yudikatif sekaligus. Semua pranata ketatanegaraan hari ini sudah banyak
terkontaminasi oleh praktik-praktik tidak terpuji yang dilakukan oleh (mungkin)
oknum. Namun kini kecenderungannya sudah mulai sistemized, dan tanpa tedeng
aling-aling lagi. Angka kebocorannya sungguh fantastis, Satu orang Nazarudin
saja sudah berada di kisaran 6 Trilyun lebih dari beberapa departemen yang ada.
Bayangkan kalau ada nazarudin-nazarudin lain, ada Urip TG lain, Ada Rekening
gendut Polri, rekening Gendut PNS dan lain sebagainya, Berapa Total kerugian
negara yang masuk ke kantung orang-orang tersebut?
Jasa media lah hari ini yang berhasil membongkar
kasus-kasus tersebut, telah memberitakan kondisi luar biasa yang dialami
rakyatnya diberbagai pelosok negeri dan menyampaikannya kepada publik secara
konsisten. Secara terus menerus, sehingga rakyat ikut tercerahkan dan terbuka
pandangannya tentang kondisi kritis yang dialami bangsa ini. Dari sisi ini,
pers telah menjalankan peran pengawasannya dengan sangat baik, bahkan mengambil
fungsi Controling yang melekat dalam diri para Anggota Dewan Yang terhormat.
Lihat contoh kasus-kasus hukum yang tadi
penulis sebutkan, contoh kejadian luar biasa yang dialami rakyat sebagaimana
kasus jembatan ala indiana jones di Lebak Banten, Kasus Panti Jompo di Sulawesi
yang penghuninya kelaparan dan dikasih makanan basi, kasus anggaran pembangunan
Gedung DPR RI, renovasi ruangan banggar, fasilitas karaoke di gedung dewan dan
macam-macam bentuk salah urus dan absurditas para pemegang kebijakan di
republik ini
Pers yang bebas, mandiri terbebas dari intervensi
negara, adalah pers yang menyuarakan denyut dan nafas rakyat. Pers
bertanggungjawab itu, adalah pers yang memiliki simpaty dan emphaty terhadap
masyarakat, terhadap perbaikan keadaan, terhadap perubahan yang harus digerakan
secara terus menerus. Hanya kepada pers masyarakat menitipkan suaranya untuk
disampaikan kepada para pihak pemangku kepentingan dan pemegang kebijakan,
disaat wakilnya tak lagi sanggup mendengar dan melihat. Disaat pemerintahnya
tak lagi merasakan deritanya, Pers lah wasilah rakyat untuk menyuarakan suara
Tuhannya. vox populi vox dei, Suara rakyat yang merupakan suara Tuhan.
Inilah yang saya maksudkan sisi positif, sisi
yang memungkinkan kita selaku rakyat boleh mengatakan bahwa " Kita masih
punya harapan".
Namun demikian dari sisi lain, kita juga mulai
menyaksikan virus politik yang melanda insan pers. Fakta akan pengaruh
kapitalisme yang menjerat kalangan pers. Kita menyaksikan adanya pengaruh yang
sangat kuat secara politik dari pemiliknya. Contoh misalnya di dunia
pertelevisian, bagaimana pertarungan antara Metro TV, TV One, dan MNC Group.
TV One memang sangat kritis menyikapi berbagai
hal, tapi kalau menyangkut urusan Ical sang Bos sebagaimana kasus lumpur
lapindo, maka tak terlihat pemberitaannya, mungkin kalau kasus itu bukan menimpa
bosnya, akan habis-habisan di kupas tuntas. Sementara Metro TV dan MNC Group
sekarang sangat kentara menjadi corong Partai Nasdem, karena big bos nya yaitu
Surya Paloh dan Harry Tanusudibyo menjadi bagian dari petinggi Nasdem. Begitu
pula yang terjadi di pers cetak, tak jauh beda rasanya.
Dari sisi ini kita melihat sisi negatif yang
cukup membuat kita prihatin. Oleh karenanya, penting kiranya momentum Hari Pers
Nasional tahun 2012 ini dijadikan sarana untuk merefleksikan peran-peran
strategis pers dalam konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan
semata-mata mencerminkan suara rakyat. Bukan hanya suara Kapitalisme dan sahwat
politik para pemiliknya.
Sebagai Pilar keempat Demokrasi, Hanya tinggal
kekuatan pers yang kita punya. pilar lainnya sudah redup dan gelap. Bahkan
sebagian pengamat memerlukan langkah dramatis dalam bentuk Revolusi, baik
secara hukum, politik, pemerintahan. Karena Reformasi sudah misleading dan
kehilangan bentuk dan momentumnya.
Kini, melalui HPN 2012, Kita titipkan asa, Untuk
menjadi lokomotof pembenahan 3 pilar demokrasi lainnya, sehingga Republik ini
bisa terselamatkan. Dan mampu tegak berdiri sebagai sebuah bangsa beradab dan
bermartabat diantara bangsa-bangsa lainnya di dunia.
Selamat Hari Pers Nasional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar