Rabu, 01 Februari 2012

Nyimeng, Mete Yang Bikin Mate...!!!


Aku hampir 7 tahun tinggal di sebuah Komplek perumahan elit sekitar Tomang Jakarta Barat. Aku tinggal di rumah dinas pamanku, aku menempati ruang kecil yang biasa dipakai sebagai gudang buku dan alat sekolah, cukup buat tidur dan sholat saja. Karena pamanku bekerja sebagai penjaga sekolah disana. Di depan sekolah Itu terdapat kios dagangan pinggir jalan milik pamanku, tiap aku pulang kuliah aku membantu jagain warung kios tersebut, biasanya hingga pukul 10 malam.
Di sekitar warung dan kompleks SD itu sering berkumpul anak-anak muda kompleks, tapi yang pribuminya. Karena di luar itu hampir tak ada yang bergaul. Sebelumnya aku nggak banyak kenal sama anak-anak muda itu, tapi karena sambil nongkrong itu mereka jajan minuman, rokok dan jajanan lainnya, maka lama kelamaan akhirnya aku mengenal juga mereka semua.
Diantara anak-anak muda yang kumpul tersebut, ada dua orang yang yang secara usia lebih dewasa dibanding yang lainnya, sebut saja inisialnya BA dan AG. Dia lumayan disegani dan diturut oleh yang lainnya, sikapnya urakan dan rese. Aku pun sempat ngalamin bagaimana dia minta ngutang rokok dengan nada bicara ala preman. Awalnya agak bingung juga ngadepinnya, maklum aku anak Desa..hehhe
Hal yang paling mengagetkanku adalah, pernah salah seorang diantara mereka masuk ke dalam kios tempat aku duduk, padahal ruangan warung itu amatlah sempit. Dia bengong aja sambil ngisep sesuatu yang buat hidung dan nafasku nggak nyaman. Aku nggak berani bertanya rokok apa yang mereka isep itu.
Suatu hari aku coba tanya sama anak muda yang agak mulai akrab, " Bang ntu yang diidep oleh Bang AG tempo hari itu apa yaa..Koq gitu baunya.." kataku...
" Oh itu cimeng kang !" jawabnya.
" Cimeng apaan ? " tanyaku lagi
" Akh si akang ini, Ganjaa ganjaa..!" katanya berulang.
" Owh...."  Bisiku sambil bengong.
Satu hari lagi mereka kumpul, kalo nggak salah hari minggu sore. Aku waktu itu habis nyetrika seharian, karenma jadwal hari minggu itu adalah nyetrika baju semua anggota keluarga pamanku dan bajuku juga. Saat mau mandi karena harus ke wc sekolahan, aku melewati sekitar 5 anak muda yang biasa nongkrong diwarung kios sedang ngumpul di pojok deket kelas tiga. Di tangan salah seorangnya ada sabuk kain yang ditarik kencang dengan giginya, tangannya mengepal, sambil tanga yang satunya lagi megang jarum suntik...
Yang satunya lagi, megang "pahpir" kalo di kampungku, berwarna perak, yang belakangan ku tahu namanya aluminium foil, sambil korek api gas dinyalakan dibawahnya, lalu ada serbuk kayak bedak diatas kertas itu yang asapnya dihirup oleh mereka rame-rame....
Asli, Aku hanya melihat sepintas sambil jalan saja, dan aku tak berani bertanya, tak berani melarang, karena aku belum tahu sama sekali. Selain itu, mereka juga anak orang-orang kaya di kompleks itu, ada yang anak pejabat, anak pengusaha, anak pedagang di pasar tanah abang, dan sebagainya. Sementara aku hanya orang desa yang numpang tinggal di sodara.
Akhirnya, lama-lama aku dikasih tahu oleh pamanku, bahwa kebiasaan mereka anak-anak muda komplek itu sebagai nyimeng dan mete. Menghisap ganja dan Menghisap putaw atau pete. Seminggu sekali mereka sering melakukan ritual begitu di kompleks sekolahan. Dan Tak ada yang berani melarang atau melaporkannya. Padahal di dekat sekolah itu ada ketua RW.
Di tahun ketiga aku tinggal disana, Aku mendengar kabar bahwa salah seorang diantara yang dua orang yaitu AG meninggal, katanya karena OD. Lalu tak lama kemudian si AB katanya ketangkep polisi, ternyata dia termasuk BD atau bandar di kompleks itu yang diincar polisi, tapi katanya nggak sampai diproses hukum, 3 hari dah dikeluarkan lagi, ditebus 20 jt, oleh salah seorang yang punya jaringan dengan pihak polda kala itu.
Bagiku melihat kenyataan itu agak miris juga, dan ada getar bathin, aku bisa berbuat apa yaa. Lalu aku mencoba bergaul lebih dekat dengan mereka. Dalam suatu moment pertemuan dengan tokoh-tokoh RW di kompleks itu aku diundang hadir, salah satunya pengurus RW merencanakan untuk menghidupkan kembali Karang Taruna RW. Aku ikut memberikan saran masukan, dan akhirnya menjadi salah seorang wakil ketua saja.
Aku mencoba memberi pemahaman keorganisasian pada mereka, bagaimana merancang kegiatan, hingga akhirnya lama-kelamaan karang taruna di RW ku bertambah anggotanya, kebetulan ada beberapa anggota perempuan gabung, sekitar 6-7 orang kalo nggak salah. Cukup menjadi warna juga dalam perjalanan kegiatan.
Test case kala itu aku merancang kegiatan 17 agustus. Aku buatkan proposal secara matang, aku guide bagaimana memaksimalkan pendanaan melalui sumbangan sukarela warga, awalnya aku dampingi menemuin penghuni kompleks terus disisir sambil mengajak bicara warga yang didatangi seputar kegiatan anak-anak muda kedepannya, Alhamdulillah mereka banyak yang merespon, hingga terkumpul anggaran yang tak disangka, hampir 10 jt lebih. Dan semua rangkaian acara berlangsung meriah dan sukses. Anak-anak muda semangat sekali menjalaninya. Ada gurat kebahagiaan di wajah anak-anak muda itu, hingga di akhir pertanggungjawaban anggaran, sisa uang disepakati untuk tour ke anyer, untuk kendaraan bis aku ajukan pinjaman ke HUBAD, jd cukup biaya bensin sama sopir saja.
Di pantai Anyer, suasana keakraban, keceriaan mewarnai kami semua. penginapan dan makan ditanggung semua. dan kami benar-benar merasakan kenikmatan atas hasil kerja keras bersama. Kegiatan-kegiatan lainnya yang dilakukan RW kemudian dilakukan bersama dengan karang Taruna, Ada Kegiatan Kurban, PHBI dan sebagainya. Aku menjalani kegiatan bersama anak-anak muda itu sekitar 3 tahun, sampai kami punya taman bacaan, ngurus anak-anak jalanan yang biasa mangkal di dekat lampu merah Tomang.
Dan Aku menyaksikan setelah 3 tahun kompleks itu diisi dengan berbagai aktifitas tadi, maka Aku menyaksikan bahwa tak ada lagi anak-anak yang nyimeng dan mete. Bahkan lama-kelamaan ada diantara teman-teman karang taruna tersebut yang tertambat hatinya. Saling jatuh cinta. Kini kalau tidak salah ada Dua Pasangan suami istri dari hasil tongkrongan anak-anak Karang taruna kompleks itu. 
Karena sesuatu hal, dan kuliahku juga telah selesai, Aku pulang kampung.
Tapi terus terang, sampai saat ini aku merindukan mereka.
Semoga Nyimeng dan Mete tak lagi datang ke Tomang. Karena sudah terbukti, nyimeng dan mete hanya bikin mate (mati).....
Diiringi Salam Kangen untuk anak-anak muda di sekitar Tomang Raya
(Oman, Fitri, Adi, Haris, Ucok, Kiki, Emil, Lady, dll....yang mungkin kalian saat ini sudah menjadi Ayah dan Ibu...)
Mari kita jaga anak-anak kita. Jangan Sampai Terkena Narkoba.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar