Selasa, 28 Februari 2012

Rindu Padamu Jam J, Menit M, dan Detik D

Akhir Desember 2011, ramainya suasana menyambut tahun baru di kota kecil Tasikmalaya, raung suara kendaraan terdengar nyaring semenjak sore merangkak menuju malam. Sekali-kali bunyi terompet mendahului waktu yang ditunggu, yaitu tepat jam J, menit M, dan detik D sebagaimana umumnya beragam bunyi-bunyian dan suara di teriakan. Entah karena membebaskan atau meneriakan keberhasilan saat tahun terlewat, ataukah menyimpan asa di tahun berikutnya yang entah mau seperti apa kenyataannya.
Aku terjebak dalam kesibukan hati, meski tangan dan kaki tak hanti menginjak gas dan rem serta mengoper gigi. Kemacetan dan kegaduhan tak mampu membuatku ikut ramai, ada sepi merayap  dalam sanubari, ada gelisah yang meronta, ada bisik lirih rintih, yang terus merangsang tanya, dimanakah dirimu kini berada. Mengapa tak ada signal terbaca dari sekedar pesan kata-kata. Menghilang begitu saja, bagai uap yang terus membumbung ke atas sana, menjadi awan, dan membuat aku terus dalam suasana gelap pekat, dan akhirnya hujan air mata.
Masih ku ingat bisik sendumu, saat kita larut dalam lelah gairah, diiringi suara air hujan dari atap yang begitu kerasnya, kedinginan yang sangat, membawamu seakan tak mau berjarak dengan basah dan harum keringat. Dua aroma khas feminitas dan maskulinitas yang telah menghantarkan kita melayang menyaksikan keindahan surga diatas sana, dalam jeda waktu yang amatlah singkat.
Jangan pernah kau mencoba menghilang dari radar perasaanku ” itu pintamu sambil telunjuk nakalmu bermain di pipiku.
Aku akan selalu menjadi air saat kamu dahaga, aku menjadi selimut, ketika kamu sedang berada dalam dingin yang sangat, Aku tak pernah mau jauh denganmu barang sehasta ” Begitu nyanyianmu, kala keremangan suasana membawa kita berjanji untuk masuk surga atau neraka bersama-sama.
Tak pernah ada kata yang menjadi jawab atas apapun yang kau katakan, aku hanya sibuk untuk terus membuktikan dalam bingkai kalimat yang lain, bahwa aku selalu berada disisimu saat apapun terjadi padamu. selalu ku tanyakan pada pohon cinta yang tumbuh dihatiku, apakah masih ada ketidaksempurnaan pembuktian cintaku dalam setiap hari-hariku memikirkanmu?
Awal Februari 2012, siang menjelang sore, saat sendiri di sebuah ruangan kecil, dengan alunan instrumentalia  kecapi suling yang menari-nari,  Aku tak lagi teringat berapa ungkapan kata rindu yang tak berjawab,  tak lagi mencoba mengingat apapun jalan setapak yang telah  kita lewati bersama. Wajahmu, senyum sumringah yang biasa kau tunjukan dari kejauhan, ketika lambaian tangan telah ku berikan.  Suara manja nan serak nun di kejauhan,  Lenguhan nakalmu dengan cubitan dan gigitan kecil itu. Semuanya tak pernah lagi mampir disini, dihati dan pikiran. Tak pernoh mencoba datang, meski pesan dan teriakanmu terdengar begitu nyaring.
Kini, yang terbayang, Sosok lain yang dicintai banyak sekali orang. bahkan angin pun berhenti bertiup jika dia berjalan. Dialah yang mengembalikan cintaku, dari kebusukan cintamu, ketika Dia menunjukan cintanya yang luar biasa, dia menyapaku semenjak lama, Dia menuntunku tak pernah mengenal kata lelah, menjaminku dalam kehidupan cinta kasih yang tak berbatas waktu. Keabadian !. Dia Memberikan nyawa dan hidupnya dalam kecintaan yang sangat. Pedang dan lemparan batu yang merontokan giginya, menggelontorkan darah dari bibir  nan penuh cinta dan kasih. Yang telah membebaskan aku dari kegelapan jahiliah, menuju terang benderangnya cahaya hidayah.  Dia yang diamnya berfikir, bicaranya ilmu dan cinta, dan tindakannya contoh tauladan terbaik, nur ala nuur cahaya diatas cahaya.
Aku teramat merindukannya, Terbayang segala pengorbanannya. Teringat bisik terakhir menjelang ajalnya. Dalam pangkuan orang-orang terkasih, Dia bertanya tiga kata ” Ummati..Ummati..Ummati..!”. ummatku..ummatku..ummatku. Adakah manusia dibumi ini yang lebih cinta ummatnya selain Dia. Adakah pemimpin agama dan pemimpin pemerintahan yang membela ummatnya sampai berdarah-darah dan hembusan nafas terakhirnya, bahkan hingga kelak dalam keabadian yang nyata.
Aku Rindu Padamu, Jam J, Menit M, dan Detik D.
Yaa Rasulalloh salamun alaik, Yaa rafi’a saani waddaroji
Atfataa yajiirotal alamii. Yaa Uhailaljuudi wal karomi.
11  Rabiul Awwal 1433 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar