Akhir Desember 2011, ramainya suasana menyambut tahun baru di
kota kecil Tasikmalaya, raung suara kendaraan terdengar nyaring semenjak
sore merangkak menuju malam. Sekali-kali bunyi terompet mendahului
waktu yang ditunggu, yaitu tepat jam J, menit M, dan detik D sebagaimana
umumnya beragam bunyi-bunyian dan suara di teriakan. Entah karena
membebaskan atau meneriakan keberhasilan saat tahun terlewat, ataukah
menyimpan asa di tahun berikutnya yang entah mau seperti apa
kenyataannya.
Aku terjebak dalam kesibukan hati, meski tangan dan kaki tak hanti
menginjak gas dan rem serta mengoper gigi. Kemacetan dan kegaduhan tak
mampu membuatku ikut ramai, ada sepi merayap dalam sanubari, ada
gelisah yang meronta, ada bisik lirih rintih, yang terus merangsang
tanya, dimanakah dirimu kini berada. Mengapa tak ada signal terbaca dari
sekedar pesan kata-kata. Menghilang begitu saja, bagai uap yang terus
membumbung ke atas sana, menjadi awan, dan membuat aku terus dalam
suasana gelap pekat, dan akhirnya hujan air mata.
Masih ku ingat bisik sendumu, saat kita larut dalam lelah gairah,
diiringi suara air hujan dari atap yang begitu kerasnya, kedinginan yang
sangat, membawamu seakan tak mau berjarak dengan basah dan harum
keringat. Dua aroma khas feminitas dan maskulinitas yang telah
menghantarkan kita melayang menyaksikan keindahan surga diatas sana,
dalam jeda waktu yang amatlah singkat.
” Jangan pernah kau mencoba menghilang dari radar perasaanku ” itu pintamu sambil telunjuk nakalmu bermain di pipiku.
” Aku akan selalu menjadi air saat kamu dahaga, aku menjadi selimut,
ketika kamu sedang berada dalam dingin yang sangat, Aku tak pernah mau
jauh denganmu barang sehasta ” Begitu nyanyianmu, kala keremangan suasana membawa kita berjanji untuk masuk surga atau neraka bersama-sama.
Tak pernah ada kata yang menjadi jawab atas apapun yang kau katakan, aku
hanya sibuk untuk terus membuktikan dalam bingkai kalimat yang lain,
bahwa aku selalu berada disisimu saat apapun terjadi padamu. selalu ku
tanyakan pada pohon cinta yang tumbuh dihatiku, apakah masih ada
ketidaksempurnaan pembuktian cintaku dalam setiap hari-hariku
memikirkanmu?
Awal Februari 2012, siang menjelang sore, saat sendiri di sebuah ruangan
kecil, dengan alunan instrumentalia kecapi suling yang menari-nari,
Aku tak lagi teringat berapa ungkapan kata rindu yang tak berjawab, tak
lagi mencoba mengingat apapun jalan setapak yang telah kita lewati
bersama. Wajahmu, senyum sumringah yang biasa kau tunjukan dari
kejauhan, ketika lambaian tangan telah ku berikan. Suara manja nan
serak nun di kejauhan, Lenguhan nakalmu dengan cubitan dan gigitan
kecil itu. Semuanya tak pernah lagi mampir disini, dihati dan pikiran.
Tak pernoh mencoba datang, meski pesan dan teriakanmu terdengar begitu
nyaring.
Kini, yang terbayang, Sosok lain yang dicintai banyak sekali orang.
bahkan angin pun berhenti bertiup jika dia berjalan. Dialah yang
mengembalikan cintaku, dari kebusukan cintamu, ketika Dia menunjukan
cintanya yang luar biasa, dia menyapaku semenjak lama, Dia menuntunku
tak pernah mengenal kata lelah, menjaminku dalam kehidupan cinta kasih
yang tak berbatas waktu. Keabadian !. Dia Memberikan nyawa dan hidupnya
dalam kecintaan yang sangat. Pedang dan lemparan batu yang merontokan
giginya, menggelontorkan darah dari bibir nan penuh cinta dan kasih.
Yang telah membebaskan aku dari kegelapan jahiliah, menuju terang
benderangnya cahaya hidayah. Dia yang diamnya berfikir, bicaranya ilmu
dan cinta, dan tindakannya contoh tauladan terbaik, nur ala nuur cahaya
diatas cahaya.
Aku teramat merindukannya, Terbayang segala pengorbanannya. Teringat
bisik terakhir menjelang ajalnya. Dalam pangkuan orang-orang terkasih,
Dia bertanya tiga kata ” Ummati..Ummati..Ummati..!”.
ummatku..ummatku..ummatku. Adakah manusia dibumi ini yang lebih cinta
ummatnya selain Dia. Adakah pemimpin agama dan pemimpin pemerintahan
yang membela ummatnya sampai berdarah-darah dan hembusan nafas
terakhirnya, bahkan hingga kelak dalam keabadian yang nyata.
Aku Rindu Padamu, Jam J, Menit M, dan Detik D.
Yaa Rasulalloh salamun alaik, Yaa rafi’a saani waddaroji
Atfataa yajiirotal alamii. Yaa Uhailaljuudi wal karomi.
11 Rabiul Awwal 1433 H.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar