Selasa, 28 Februari 2012

Demokrat Sepertinya Tidak Akan Heboh Lagi..!!!

Siapa sih yang menyangka Partai Demokrat akan menjadi pemenang pemilu dan memimpin pemerintahan hampir dua periode? Sebagaimana umumnya partai baru, prakiraan dan analisa banyak pengamat pasti meleset dengan kenyataan, jika menyangkut Partai Demokrat.
Bayangkan, pada awal kelahirannya Demokrat langsung bertengger dalam 3 besar partai peserta pemilu, pemilu 2009 lebih gila lagi, mampu memenangkan pemilu dengan prosentase diatas 20 persen. Mengalahkan 2 parta besar dan mapan lainnya yang sudah berumur lebih dari 3 dasawarsa yaitu Partai Golkar dan PDI-P.
Sebagai masyarakat yang sedikit mengerti persoalan politik, saya mengamati di tingkat bawah. Sebenarnya di Tingkat Kabupaten/Kota, tidak ada kader yang dianggap menonjol pada awal-awal berdirinya Partai demokrat. Pun pada periode kedua. berbeda dengan partai-partai lainnya yang kebanyakan berangkat dari kaderisasi yang jelas baik di partai maupun di organisasi kepemudaan dan Ormas.
Makanya coba teliti lebih detail, kapasitas dan jam terbang politisi demokrat yang jadi anggota DPRD di Kabupaten/Kota, rata-rata mereka tergagap-gagap dalam menjalankan peran dan fungsinya sebagai anggota dewan, termasuk apabila berkaitan dengan manuver politik menyangkut Pilkada. Banyak Kabupaten/kota di Indonesia, meskipun anggota legislatif Demokrat jumlahnya signifikan, tapi tak mampu memainkan peran dan mengatur permainan. Mereka kebanyakan larut dalam ritme permainan partai-partai lain.
Salah satu contoh, saya tak bermaksud meledek. Tapi ini kejadian sebenarnya. Ada Seorang anggota DPRD dari Partai Demokrat saat kedatangan masyarakat, dia berbicara dengan kepercayaan diri yang tinggi ” Gaji saya mah habis oleh konsekwen..!” katanya. Mungkin kata yang dia maksud Konstituen. Semua orang tahu bagaimana kualitas personal dia, Dan semua orang tak ada yang menyangka dia akan jadi anggota DPRD. Namun dia bisa menang bukan karena orang mencontreng nama dia, tapi lambang mercy partai demokrat yang ternyata meledak.
Kasus tersebut terjadi hampir di berbagai dapil yang ada, bahkan mungkin merata di banyak Kabupaten/Kota. Sehingga kesimpulannya. Kebesaran dan kemenangan Partai Demokrat dalam jagat politik republik ini disebabkan faktor utama pesona dan kharisma Susilo Bambang Yudhoyono selaku Pendiri dan saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Pembina. Rakyat sungguh terpesona dengan kegagahannya, gaya bicaranya, kesantunannya, kecerdasannya, dan tragedi sinetron seolah-olah terdzalimi oleh presiden Megawati saat dia jadi Menkopolhukam. Saat SBY disebut oleh Taufik Kiemas sebagai Jenderal kayak anak TK, dan surat pengunduran diri SBY di kiwir-kiwir oleh Mbak Mega.
Kini, setelah hampir sepuluh tahun berkuasa, memimpin negara dengan anggaran 1400 Trilyun, memegang kebijakan pemerintahan eksekutif plus menguasai legislatif, demokrat mulai terkena virus kekuasaan, sebagaimana Lord Acton pernah berkata ” Power tends to corrupt, absolute power corrupt absollutely” bahwa kekuasaan itu cenderung pada praktek Korup, dan Kekuasaan yang Absolut akan membawa pada korupsi yang absolute pula.
Hawa kekuasaan yang menjalar di seluruh lini kekuasaan, membawa sebagian kader demokrat untuk terjebak pada kekuasaan yang terjerembab pada tindak pidana korupsi.  Kasus megaskandal M Nazarudin di 4 departemen yang mencapai angka 6,7 T, kasus suap Wisma Atlet yang melibatkan beberapa elit demokrat semisal M. Nazarudin, Angelina Sondakh, Mirwan Amir, Andi Malarangeng, dan berkelitkelindan dengan dugaan Money Politik dalam Kongres Demokrat Di Bandung yang kini menyeret Ketua Umumnya Anas Urbaningrum dalam pusaran kuat yang akan mengancam kedudukannya, serta telah dan sedang terus merontokan citra partai Demokrat hingga tinggal tersisa di angka 13,7 persen, sebagaimana hasil survei yang dilansir oleh Lingkaran Survei Indonesia baru-baru ini.
Jika pusaran kasus korupsi yang melibatkan beberapa kader demokrat terbuka seluas-luasnya, hingga sampai mengakibatkan sang ketua umum menjadi pesakitan misalnya, dan persoalan money politik saat kongres terbukti kenyataannya, maka habislah partai demokrat.
Pada Saat Presiden SBY habis masa jabatannya, kewibawaan dan pesonanya dicoreng oleh ulah sebagian kadernya, maka mau tidak mau, sudah menjadi hukum alam, masyarakat juga memiliki model hukumannya sendiri. Berlaku prinsip reward and punishmen. Saat periode awal kepemimpinan SBY dan demokrat dianggap baik oleh rakyat, rakyat memberi penghargaan dengan memilihnya, jika kondisi seperti saat ini hingga pemilu mendatang, maka punishmen atau hukuman dari rakyat akan berlaku. Rakyat akan meninggalkan SBY dan Partai Demokrat.
Jadi saya kira, Demokrat tidak akan heboh lagi. Cukup sudah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar