Selasa, 28 Februari 2012

Perang Media Televisi, Antara Politik dan Kecerdasan Rakyat

Jika kita melakukan analisis konten terhadap pemberitaan media elektronik (TV), antara 3 groups mainstream media yaitu TV One (viva news), Metro TV dan MNC Group, maka kita akan begitu mudah menemukan angel yang mencerminkan arah kekuatan politik yang sedang mereka tuju. Hari ini kita menyaksikan serangan luar biasa dari ketiga group media itu terhadap eksistensi partai penguasa yaitu Partai Demokrat. Jika disederhanakan kekuatan dibelakang mereka itu ada Partai Golkar dan Partai Nasdem.
Kenapa mereka berkepentingan mengembosi Demokrat, karena sebagai partai pemenang pada pemilu 2009 dengan presentase raihan suara diatas 20 persen, posisi partai demokrat memang objek paling empuk untuk diambil lapak basis suaranya. terlebih Partai Demokrat tidak memiliki basis masa ideologis sebagaimana partai-partai menengah lain semisal PAN dan PKB, ataupun PPP serta PKS. mereka memiliki irisan kekuatan ideologis dengan struktur maupun kultur jama’ah ormas keagamaan sebagai ayah ideologisnya.
Sementara mayoritas suara Demokrat adalah kalangan tercerahkan ataupun kalangan masa mengambang yang mudah merubah arah sikap dan dukungan politiknya. Kasus hukum yang menimpa beberapa elit kader Partai Demokrat menyangkut persoalan korupsi menjadi amunisi yang sangat luar biasa menghantam pertahanan Demokrat. Karena serangannya begitu dahsyat dan bertubi-tubi dalam intensitas waktu yang panjang. Selama 8 Bulan semenjak kasus M. nazarudin bergulir, demokrat sudah kehilangan 7 persen suaranya. bayangkan kalau persoalan ini menggantung hingga menjelang 2014. Maka akan habislah Demokrat.
Betapa dahsyatnya kekuatan Opini media. Setiap hari tanpa henti media televisi yang tadi saya sebutkan mengangkat kasus korupsi yang menjerat elit Demokrat. Mereka juga meluaskan jaringan pemberitaannya baik ke media sosial, maupun cetak yang juga mereka miliki. Kita sudah sangat jelas membaca latar belakang kapital dan pemilik raja media itu. TV One milik keluarga Aburizal bakri yang notabene Ketua Umum partai Golkar. Makanya dengan keterpurukan Demokrat, Golkar pula yang meraih keuntungan kan? sehingga hasil survei menunjukan Posisi partai Golkar berada pada urutan pertama. Jika dilihat dari sisi ini, strategi Golkar berhasil dengan keberadaan TV One nya.
Sementara untuk Metro TV dan MNC Group kita belum melihat indikator keberpengaruhannya pada tingkat elektabilitas partai nasdem. Karena Nasdem sebagai partai baru masih belum teruji melalui Pemilu. Hanya paling tidak pemberitaan-pemberitaannya yang juga keras, terutama Metro TV cukup membantu terjun bebasnya elektabilitas Partai Demokrat.
Kita tentu berharap bahwa apa yang terjadi di kalangan media televisi, terlepas dari kekuatan kapitalisme yang berada dibelakangnya, akan membuat rakyat semakin cerdas. Jika rakyat mampu membaca secara jernih, bagaimana sebenarnya media tersebut, bagaimana juga keberadaan partai-partai yang berada dibelakangnya, maka tentu rakyat juga akan memiliki pemikiran dan pemilihannya sendiri.
Kita sangat percaya, selain demi tujuan kekuatan politik yang ada dibelakangnya, Media juga berjasa membuka mata publik tentang carut marutnya dunia politik dan tata kelola pemerintahan kita saat ini. Sehingga hal ini akan semakin menambah tingkat kedewasaan berpolitik masyarakat Indonesia.
Jadi di negeriku yang bernama Indonesia ini, Siapa yang punya uang, dia bisa membeli atau membuat jaringan Televisi, maka dia akan menguasai opini, dan bisa buat partai, bisa menjajah “pikiran” rakyat dengan serangan bertubi-tubinya di layar kaca itu. Dan pada akhirnya mereka akan menguasai negara ini, Segalanya. Termasuk darat, laut, udara, dan segala apa yang ada didalamnya, demi semakin mengguritanya uang mereka.
Rakyat??? Hanya tetap dalam derita, dan gigit jari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar