Selasa, 28 Februari 2012

Kecelakaan Angkutan dan Pungli 25 Trilyun


13292970621888926642
ilustrasi/admin(tribunnews.com)
Rentetan kecelakaan angkutan terus terjadi. Diawal tahun 2012 ini lebih dari 10 kejadian kecelakaan armada angkutan bus yang mengakibatkan puluhan nyawa melayang, dan ratusan korban lainnya luka dan berbagai kerugian materi lainnya. Amatlah miris dan membuat kita merinding, disaat angkutan publik harus dituntut menjadi pilihan. Apa yang sebenarnya terjadi, apakah faktor armada? human error? ataukah kesemrawutan manajemen angkutan yang dilakukan oleh pemerintah, berkaitan dengan sarana dan prasarana jalan dan berbagai atribut keselamatan jalan lainnya, semisal kurangnya sarana atraffic light dijalan, atau lemahnya pengawasan dalam hal pemeriksaan kelaikan jalannya armada angkutan.
Berikut ini beberapa kejaduian kecelakaan lalu lintas yang melibatkan angkutan bus yang saya peroleh dari beberapa sumber (beritasatu.com dan tempo.com):
Tanggal 1 Januari 2012, Enam orang tewas seketika dalam kecelekaan Bus Sumber Kencono yang terguling akibat menghindari sepeda motor. Selain korban tewas, kecelekaan yang terjadi di Jalan Raya madiun-Surabaya (KM 155-156), desa Jeruk Gulung, Kecamatan Balarejo ini mengakibatkan lima penumpang luka berat dan 18 luka ringan.
Tanggal 9 Januari 2012, Lima orang tewas dan dua luka-luka setelah mobil Carry dengan nomor polisi H 9488 WY bertabrakan dengan Bus Rajawali di jalur Semarang-Bawen.
Tanggal 1 Februari lalu, bus Maju Jaya, Z 7761 A, masuk jurang di bagian kiri turunan jalan tanjakan Cae, Kabupaten Sumedang. Sebelum masuk ke jurang, bus sempat menabrak bagian belakang truk colt diesel E 8705 YA. Kecelakaan yang terjadi sekitar pukul 16.15 itu menewaskan 12 orang dan 31 mengalami luka-luka.
Tanggal 1 Februari 2012, Dua orang tewas dalam kecelakaan Bus Sumber Kencono yang bertabrakan dengan Honda Accord bernopol AG 1663 L di jembatan Glodok, Karangrejo, Magetan, Jawa Timur. Kecelakaan ini membuat bus terpental ke kali Glodok setelah menabrak beton pengaman jembatan.
Tanggal 9 Februari 2012, Bus Karunia Bhakti diduga rem blong sehingga menghantam 12 kendaraan di depannya termasuk satu bus Doa Ibu. Sebanyak 14 orang meninggal dunia, 47 orang luka-luka, 10 diantaranya kritis. Korban meninggal dievakuasi di RS Paru Cisarua dan korban luka selain dirawat di RS Paru juga di rujuk ke RS Ciawi dan RS PMI Bogor.
Rentetan peristiwa kecelakaan armada angkutan tersebut tentu menimbulkan berbagai pertanyaan, kesedihan dan kerugian material dan immaterial yang luar biasa, terutama bagi masyarakat pengguna yang menjadi korbannya. Diantara mereka mungkin ada yang kehilangan ayah ibunya, saudaranya, suami atau istrinya, atau anak tersayangnya. Mungkin juga aada diantara mereka yang menjadi cacat seumur hidup, dan lebih jauhnya lagi tak mampu bekerja dan mencari nafkah untuk anak istri kedepannya.
Minimnya Pemeliharaan Armada dan Pungli 25 T
Ternyata, ada sesuatu dibalik fakta rentetan kejadian kecelakaan tersebut, pengakuan hasil survei yang dilakukan Himpunan Pengusaha Muda (HIPMI) reseach center yang menunjukan potret besarnya pungli yang harus dikeluarkan para pengusaha angkuta. Besarnya sungguh pantastis, 25 Trilyun setahun. Angka itu menunjukan prosentase pengeluaran yang rata-rata harus dikeluarkan oleh pengusaha angkutan tersebut sebesar 25 persen dari pendapatannya.
Tingginya angka Pungli ini disinyalir berpengaruh terhadap anggaran perbaikan armada yang dimiliki pengusaha tersebut, selain itu pula membuat para sopir dituntut untuk mengejar setoran yang tinggi guna mengimbangi beban pengusaha tersebut. Oleh karenanya hal ini berdampak pula pada tingkat kebugaran supir dalam membawa kendaraan, mereka terpaksa kurang tidur, dan menjalankan kendaraan dalam keadaan lelah.
wow lengkaplah sudah..! Disatu sisi anggaran pemeliharaan armada tidak dikeluarkan maksimal, maka jangan heran banyak rem yang blong, atau stir bus yang patah, atau berbagai kendala teknis lainnya yang ikut berperan mengakibatkan terjadinya kecelakaan angkutan di jalan raya. Ditambah lagi beban fisik dan setoran sang sopir yang terpaksa dan dipaksa membawa kendaraan yang tidak prima, dan tekanan storan yang besar, sehingga itu tadi berpengaruh pada tingkat kehati-hatian sang sopir dalam menjalankan kendaraannya.
Bayangkan..! pengusaha angkutan dipunguti secara liar setahun 25 trilyun. Informasi yang dihimpun dari penelitian HIPMI research centre tersebut, Pungli itu rata-rata dilakukan oleh Dinas terkait, Aparat, dan Ormas yang bergaya ala preman. Sungguh mengerikan!.
Pantas kiranya jika kondisi angkutan kita saat ini begitu carut marut. Seakan tak pernah berhenti kecelakaan terjadi, baik di darat, laut dan udara. Disinilah letak pangkal masalahnya. Terlalu banyaknya cost pungli !. Saatnya hasil survei itu dijadikan bahan oleh pemerintah agar menertibkan semuanya. Jangan sampai rakyat harus terus jadi korban, hanya gara-gara praktik korupsi berlabel Pungli…!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar